All for Jesus Christ

All for Jesus Christ

Sabtu, 26 Mei 2012

Pelajaran dari Pensil



Pada jaman dulu, pensil dibuat secara menual dalam arti tidak menggunakan mesin-mesin canggih seperti sekarang. Sebelum merakit pencil, seorang tukang pencil memilih kayu kecil yang benar-benar lurus dengan ukuran yang sesuai. Sesudah itu ia akan membelah kayu menjadi dua tepat di tengah. Di tengah-tengah belahan kayu tersebut dipasang batangan grafit. Sepasang kayu tersebut kemudian diolesi lem dan dikatupkan kembali.

Proses itu pulalah yang dilakukan oleh Charles. Charles adalah seorang tukang pensil yang cukup terkenal. Memang, tidak banyak orang yang bisa membaca dan menulis waktu itu. Hanya orang-orang tertentu saja yang membutuhkan jasa Charles. Biasanya kaum bangsawan maupun keluarga kerajaan. Sehingga, kedudukan pembuat pensil di mata masyarakat waktu itu pun cukup terpandang.

Tetapi ada yang unik dari Charles. Setelah selesai merakit pensil dan sebelum dimasukkan ke kotaknya, Charles selalu berkata-kata dulu pada pensil buatannya. Begini katanya :

"Ada 5 (lima) hal yang wajib kamu ketahui untuk menjadi pensil yang sempurna." 
Ia melanjutkan, 
  • "Pertama, ingatlah bahwa kalian hanya bisa menghasilkan tulisan yang indah jika ada sebuah tangan yang menuntun kalian."
  • "Kedua, setiap akan dipakai, kalian akan diraut dan dikikir. Ini adalah proses yang sangat menyakitkan. Tapi hanya itulah satu-satunya cara agar kalian bisa selalu tajam, sempurna, dan layak digunakan."
  • "Ketiga, jangan takut untuk berbuat salah karena kalian bisa memperbaikinya sekalipun tidak bisa menghapusnya."
  • "Keempat, bagian terpenting pensil terletak di dalam diri kalian, yaitu batangan grafit untuk menulis."
  • "Kelima, mungkin kalian tidak digunakan untuk menulis di atas kertas melulu, adakalanya di tembok, di kanvas, atau di tempat-tempat lain yang tidak seharusnya. Tetapi, tetaplah setia untuk menggoreskan grafitmu. Karena tugasmu hanyalah menulis, tidak peduli dimanapun kamu akan ditugaskan."


Jika cerita di atas direnungkan, apa yang dikatakan Charles kepada pensil buatannya sangat mirip dengan apa yang terjadi pada manusia :

  • Pertama, manusia hanya bisa menghasilkan karya yang indah jika manusia tersebut membiarkan Tangan Tuhan mengendalikannya.
  • Kedua, manusia akan selalu bertemu dengan berbagai masalah. Tetapi harus diakui bahwa masalah-masalah tersebut membuat manusia bisa makin bertumbuh dan makin sempurna.
  • Ketiga, setiap manusia tidak luput dari kesalahan, tetapi setiap manusia juga bisa memperbaiki kesalahan sekalipun tidak mampu untuk menghapusnya.
  • Keempat, keindahan manusia justru terletak pada bagian dalamnya, bukan pada sisi luarnya.
  • Kelima, adakalanya manusia merasa berada di tempat-tempat yang tidak seharusnya. Tetapi manusia harus tetap setia dengan peran dan tugasnya di tempat-tempat tersebut. Mungkin Sang Pencipta memiliki rencana tersendiri kenapa manusia dibiarkan berada di tempat-tempat yang tidak seharusnya. Adakalanya saat kita berada dalam lembah kekelaman, justru saat itulah kita baru belajar percaya dan menggantungkan setiap harapan kita kepada Tuhan.




Bunga Sang Kaisar



Pada suatu waktu, di Cina, hiduplah seorang pria muda, bernama Chang. Ia cerdas dan tulus. Lebih dari segalanya, ia mencintai bunga. Tak ada yang lebih menyenangkannya daripada melihat bunga Lilac, Lili dan Peony, ketika mereka mekar di musim semi.

Di musim dingin, ia menanti-nantikan munculnya bunga Narcissus yang indah. Ia tidak bisa memilih sebuah bunga favorit, karena ia menyukai bunga Morning Glory dan Evening Glory, bunga Delima, bunga Peach, dan bunga Teratai yang mengapung di kolam. Ia menikmati bunga Mawar yang wangi, Seruni yang kokoh, dan Dahlia yang menakjubkan.

Chang mengagumi kaisar, karena ia pernah mendengar bahwa kaisar juga mencintai bunga dan mengawasi kebun indah di taman istana. Sekarang kaisar sudah lanjut usia. Ia tidak mempunyai putera, sehingga ia tidak mempunyai calon penggantinya. Selama bertahun-tahun ia memikirkan cara memilih seorang pria yang bisa diangkat sebagai kaisar berikutnya.

Kemudian, suatu hari di awal musim semi, ketika ia berjalan-jalan di tamannya, ia mendapat gagasan yang sangat bagus. Hari berikutnya, kaisar mengumumkan pada semua pria muda di negeri itu, bahwa di akhir Minggu ia akan memberikan biji-bijian, kepada siapapun yang ingin menanam bunga. Kaisar mengatakan, “Siapapun yang menumbuhkan bunga terindah, yang dibawa ke hadapanku akan menjadi penggantiku.”

Ketika Chang mendengar berita itu, ia mengisi sebuah pot biru terang dengan lumut dan kompos, tanah subur dan pasir. Puas bahwa tanahnya subur dan lembab, ia membawanya ke istana. Di sana ia berdiri di dalam antrian bersama ratusan orang lain. Setiap pria muda memegang sebuah pot: ada yang besar, kecil, bulat dan tinggi.

Setiap orang menerima sebuah biji dari tangan kaisar sendiri. Chang menekan biji itu ke dalam tanah di pot, dan dengan berhati-hati menutupnya dengan kain tipis, untuk menjaganya agar tetap hangat. Kemudian ia bergegas pulang.

Di rumah, Chang memelihara biji dari kaisar itu dengan pengabdian yang sama, seperti yang ia berikan ke semua tanamannya. Ia berhati-hati untuk tidak memberi terlalu banyak atau terlalu sedikit air. Pada saat yang tepat ia memberi pupuk, dan sangat berhati-hati dalam melindunginya dari serangga, debu dan jamur, seperti pada semua tanaman lainnya.

Berbulan-bulan berlalu, tanaman lainnya telah menembus tanah dan mulai tumbuh. Tetapi Chang kecewa, karena tak ada tunas yang tumbuh di pot birunya. “Ini aneh,” katanya, “Mungkin biji ini tidak membutuhkan banyak matahari.” Jadi, ia memindahkan pot itu ke ruangan lain, tetapi juga tidak terjadi apapun. “Mungkin ruangan ini terlalu dingin,” katanya, dan ia memindahkan pot birunya ke ruangan yang lebih hangat. Masih juga tak terjadi apapun.

Waktu untuk menghadap Kaisar sudah mendekat, dan pot biru Chang masih kosong. Setiap kali memandanginya, ia dipenuhi rasa putus asa. “Apa yang salah?” pikirnya. Ia mengunjungi setiap ahli perkebunan yang ia kenal, dan kepada setiap orang menceritakan kisah bijinya.

Mereka semua menggelengkan kepala. Tak ada yang tahu di mana letak kesalahannya. Beberapa orang mengatakan bahwa jelas ia tidak dimaksudkan untuk menjadi kaisar. Beberapa orang lainnya mengatakan ia harus menambah tanah atau menambah air, atau mengurangi pupuk. Beberapa orang lain mengatakan untuk melupakan keinginannya menjadi kaisar. Tetapi orang tua Chang mendengarkan kekhawatiran anaknya dan hanya tersenyum.

“Jangan khawatir, Nak. Kamu sudah melakukan hal terbaik,” kata ayahnya dengan bijak, “hanya itu yang dapat kau lakukan.” “Tetapi aku telah gagal,” keluh Chang ketika memandangi tanah kosong di potnya, “Sudah waktunya untuk menemui kaisar, dan aku sudah mengecewakannya.”

“Katakan saja apa yang telah terjadi,” kata ayahnya, “kewajibanmu hanyalah mengatakan kebenaran.”

Pada hari yang telah ditentukan beberapa waktu kemudian, dengan hati putus asa karena kecewa, Chan berjalan ke istana. Ketika tiba, air matanya mengalir, karena di depannya, lautan pria muda berdiri, masing-masing memegang bunga yang lebih indah dari pada orang di depannya. Bunga-bunga anggrek yang anggun, bunga Lili yang halus, bunga Peony yang berwarna-warni. Pemiliknya memeganginya dengan bangga. “Lihat punyaku!” teriak mereka sambil memegangi tanamannya tinggi-tinggi, ketika kaisar berjalan melewati kerumunan. Ia mengangguk senang sambil berlalu, memperhatikan bunga Bell, bunga Forget-me-not, bunga Foxglove, bunga dari setiap warna pelangi.

Chang belum pernah melihat pemandangan yang begitu indah, dan kesedihannya menguap untuk sementara waktu, ketika ia menghirup aroma bunga-bungaan dan mengagumi ukuran dan bentuk bervariasi dari bunga-bunga itu.

Akhirnya kaisar sampai juga di hadapan Chang. Chang membungkukkan kepalanya. “Di mana bungamu, pria muda?” tanya kaisar. Chang melihat cahaya di mata kaisar yang membuatnya terkejut.

“Baginda, hamba telah mengecewakan Baginda,” katanya dengan sedih. “Hamba telah merawat biji yang Baginda berikan. Tetapi seperti Baginda lihat, hamba tak mampu menumbuhkan bunga untuk Baginda. Hamba berharap Baginda memaafkan hamba,” ucap Chang penuh kesedihan.

Tetapi wajah Kaisar bersinar dengan senyum yang lebih cerah, dari pada semua bunga yang ada di sekelilingnya. “Kamulah penggantiku,” kata kaisar menggenggam tangan Chang.

“Tetapi, Baginda, hamba adalah satu-satunya orang yang gagal,” Kaisar menggelengkan kepalanya. “Sebaliknya,” jelasnya, “kamu tahu, aku telah merebus biji-biji ini sebelum aku membagikannya. Tidak satupun dari biji-biji itu yang akan tumbuh. Tetapi semua orang muda lain begitu menginginkan kedudukanku sehingga mereka hanya ingin menyenangkan aku, dengan keindahan bunga mereka, dan dengan demikian mereka berharap mendapatkan tahtaku. Mereka tidak peduli pada kejujuran, pada kebenaran. Hanya kamu yang telah membuktikan bahwa kamu adalah pemimpin yang layak!” Dan begitulah, pria muda dengan pot kosong itu menjadi pengganti Kaisar Cina.

Pesan Moral : 

Kejujuran adalah BAB PERTAMA dalam 'buku kebijaksanaan'. ~ Thomas Jefferson ~

Kamis, 17 Mei 2012

Kalau Boleh Memilih (PUISI)

Kalau boleh memilih...
Aku ingin duduk di belakang...
Atau bersembunyi di balik layar...
Menghabiskan waktu di ruang sunyi...
Dengan kedua lutut yang melekat di karpet...
Dan tangan yang terangkat tanda tak mampu...

Kalau boleh memilih...
Aku mau mengatupkan mulut serapat mungkin...
Tenggelam dalam hening...
Di mana hanya kudengar suaraMu...
Memanggil... Menasehati... Menghibur...
Dan mengajarkanku tentang banyak hal...

Kalau boleh memilih...
Cukup kupilih air mata saat bersamaMu...
Karena itu jauh lebih berkesan... 
Dari semua yang pernah kulalui...
Biarlah semua berlalu...
Karena segala sesuatu tak ada yang abadi...
Keinginan sirna... Kebanggaanpun tak berarti...
Hanya kasihMu, Tuhan...
Yang tak pernah berakhir...


Kalau saja aku boleh memilih...
Aaah, Engkau tahu isi hatiku...
Terima kasih, Tuhan...
Engkau sudah mendengarkanNya...

Created by : Someone

Sabtu, 14 April 2012

TAKUT atau TAAT ?

Perbedaan Melakukan Sesuatu Karena TAKUT atau Karena TAAT



  1. Melakukan sesuatu karena ada konsekuensinya (tidak mendapatkan sesuatu atau takut kehilangan sesuatu).
  2. Sikapnya tergantung dari keadaan sekitarnya; apakah yang ia takuti sedang melihatnya, ada disekitarnya, mengetahuinya atau tidak.
  3. Ia melakukan sesuatu dengan perasaan terpaksa.
  4. Sikap yang timbul karena rasa takut biasanya tidak bertahan lama.
  5. Sikap yang timbul karena rasa takut biasanya dimotivasi oleh egoisme (hanya karena tidak mau diri sendiri rugi).
  6. Bisa berujung pada pemberontakan dan pembangkangan.
  7. Melakukan sesuatu dengan disertai tekanan.
  8. Tujuannya untuk mencari aman diri sendiri; agar diri sendiri tidak rugi.


Melakukan Karena TAAT
  1. Melakukan sesuatu karena sadar bahwa itu memang adalah tanggung jawabnya.
  2. Sikapnya sama dimanapun dan dalam keadaan apapun; Sikapnya tidak ditentukan oleh bagaimana keadaan sekitarnya, apakah ada yang mengawasi atau tidak. 
  3. Melakukan sesuatu dengan kerelaan hati.
  4. Sikap yang timbul karena ketaatan biasanya bertahan lama karena ini adalah karakter.
  5. Sikap yang timbul karena ketaatan biasanya dimotivasi oleh kasih, respek, dan ucapan syukur.
  6. Berujung pada kesetiaan atau loyalitas.
  7. Melakukan sesuatu dengan disertai damai sejahtera.
  8. Tujuannya untuk menyenangkan orang/aturan yang sudah sepantasnya ia hormati dan taati.


Source : HandBook RH Spirit - April 2012

Jumat, 13 April 2012

Obey The Quotes

"Bila kita benar-benar ingin belajar dari orang lain, 
maka kita harus benar-benar taat."
- Ed Townsend -


"Tidak perlu ilmu tinggi untuk menjadi seorang Kristen. 
Yang diperlukan untuk menjadi Kristen adalah hati yang tulus 
dan kesediaan untuk menaati Tuhan."
- Albert Barnes -

"Taat itu lebih aman daripada memberi perintah."
- Thomas Kempis -

"Taat itu bukanlah sesuatu yang berat untuk dilakukan
saat kita mengasihi orang yang kita taati."
- St. Ignatius -

"Sulit untuk dipercaya jika kita sulit untuk taat."
- Soren Kierkegaard -

"Belajarlah untuk taat sebelum anda memerintah."
- Solon -

"Yang paling penting dalam hidup ini adalah 
kesediaan untuk taat pada Tuhan."
- Johannes Tauler -

"Anda bisa melihat Tuhan dimanapun 
asalkan pikiran kita diarahkan untuk mengasihi dan menaatiNya."
- Aiden Wilson Tozer -


Source : Handbook RH Spirit April 2012


Biarlah Video di bawah ini dapat menginspirasi kita untuk tetap taat 
sampai Tuhan datang menjemput setiap kita.






Selasa, 10 April 2012

Dilema Taat


Ketaatan adalah bagian yang penting dalam kehidupan orang Kristen. Tuhan sudah menunjukkan bagaimana Ia taat hingga akhir untuk menyelamatkan kita. Sekarang, tugas kita adalah untuk menaatiNya. Tapi, tantangan dan hambatan untuk taat pun selalu ada. Sering kali, tantangan itu lalu memunculkan dilema. Nah, apa saja tantangan dari ketaatan dan bagaimana kita bisa mengatasinya?

1. Ketika Ketaatan Mensyaratkan Pengorbanan

Taat menjadi sulit dilakukan saat kita harus kehilangan sesuatu atau tepatnya mengorbankan sesuatu. Saat mau taat hidup kudus, kita harus bisa mengendalikan diri dan hawa nafsu kita, meski orang-orang di sekitar kita melakukan yang sebaliknya. Saat kita mau taat memberi, kita harus dapat mengorbankan keinginan membeli sesuatu dengan uang itu. Bagaimana kita bisa menang atas hambatan ini ? Jawabannya adalah dengan iman akan janji Tuhan. Iman akan memunculkan pengharapan bagi kita, dan iman itu membutuhkan ketaatan. Jadi jangan fokus pada hambatannya, melainkan fokuskan pada iman dan Tuhan.

2. Ketika Ketaatan Melebihi Pikiran

Alkitab berisi banyak sekali kisah ketika seseorang harus taat meski Tuhan memerintahkan padanya suatu hal yang tampak tak masuk akal. Abraham dijanjikan Tuhan memiliki banyak keturunan, tapi Tuhan sendiri yang kemudian menyuruhnya untuk mempersembahkan Ishak, anak satu-satunya. Gideon disuruh menyerang 120 ribu pasukan hanya dengan 300 orang. Yosua disuruh mengalahkan kota Yerikho dengan cara mengelilingi temboknya saja. Petrus diminta menjala ikan justru di siang hari dan banyak hal lain. Semuanya secara nalar tidak masuk akal. Tapi, di sinilah ketaatan kita (kepada Tuhan) diuji. PikiranNya bukan pikiran kita (Yesaya 55:8-9). Ya, dalam hal taat kepada Tuhan, kadang kita tidak bisa bersandar pada pengertian diri sendiri. Percayalah bahwa Tuhan akan memberi yang terbaik meski kita dituntut untuk melakukan sesuatu yang tidak masuk akal (Amsal 3:5-6)

3. Ketika Ketaatan = Melawan Arus

Ketaatan mungkin lebih mudah jika semua orang mendukung kita. Tapi akan sulit jika ketaatan berarti melawan arus, bahkan membuat kita harus berdiri sendiri. Banyak orang gagal taat hanya karena ia ingin bisa diterima dan tidak mau diolok-olok, dikucilkan, dianggap aneh, dll. Daniel, Sadrakh, Mesakh, dan Abednego mengalaminya, demikian juga Nuh atau Yosua, dan tentu saja Yesus sendiri.

4. Ketika Ketaatan Membuat Kita Menderita

Ketaatan bukan tak mungkin memunculkan penderitaan. Yesus mengatakan barangsiapa ingin menjadi muridNya, maka dia harus memikul salib (Lukas 14:27). Dia tidak berjanji kita akan bebas masalah saat kita memutuskan untuk taat dan menjadi muridNya. Tetapi di tengah penderitaan, pencobaan serta tantangan itu, Dia akan menyediakan damai sejahtera, sukacita dan kesatuan dengan Dia. Artinya, saat kita mau taat dan mau "memikul salib", Ia pasti akan membantu kita untuk tetap kuat dan mendapatkan penghiburan.



Source : HandBook RH Spirit - April 2012

Taat yang Keliru


Taat memang adalah satu kata yang kesannya positif. Namun demikian, tidak semua taat itu baik. Berikut adalah beberapa bentuk taat yang tidak seharusnya dilakukan.

1. Taat Karena Ingin Mendapatkan Sesuatu

Sebagai warga negara, maka kita wajib taat pada hukum dan aturan negara. Sebagai anak, maka kita berkewajiban patuh terhadap orang tua. Sebagai anakNya, kita wajib taat pada aturan Firman Tuhan. Kita taat bukan karena ingin mendapat pujian atau hadiah. Motivasi taat adalah kesadaran bahwa kita menyadari kedudukan kita, bukan karena ingin mendapatkan sesuatu.

2. Taat Karena Takut Dihukum atau Rugi

Ada orang taat karena ia takut Tuhan marah padanya. Ia takut jika tidak mendapat berkat. Mengapa motivasi taat seperti ini salah ? Karena orang yang taat padaNya pun bukan berarti dia tidak akan pernah mengalami masalah. Tak heran, jika orang dengan motivasi seperti ini Tuhan izinkan mendapat masalah, maka ia akan kecewa, berontak, menyerah, bahkan tidak lagi mau taat pada Tuhan. Padahal, Tuhan ingin kita taat karena kita mengasihiNya, bukan karena takut atau mengincar berkatNya saja.

3. Taat yang Ditunda

Taat bukan hanya berbicara tentang apakah kita mengerjakan atau tidak, tetapi kapan kita mengerjakannya. Sebuah perintah yang diberikan hari ini bisa jadi sudah tidak akan berguna lagi jika dikerjakan besok pagi. Ya, taat membutuhkan kedisiplinan dalam melakukannya. Bangsa Israel pernah mendapat murka Allah karena meski mereka mau membangun rumah Tuhan, tapi mereka menunda-nunda melakukannya (Hagai 1:2). Ya, taat berarti kita tidak lagi main tawar menawar dengan si pemberi perintah. Jika ketaatan tersebut hanya dilakukan berdasarkan minat ataupun mood kita, maka  itu bukanlah ketaatan melainkan tindakan sukarela.

4. Taat karena Ada yang Mengawasi

Orang melanggar lampu lalu lintas karena tak ada polisi tentu sudah sering kita lihat. Serius bekerja hanya saat ada atasan atau bersikap hormat pada orang tua dan pasangan hanya saat ada tamu, juga mungkin sering kita lihat. Banyak orang taat karena ada pengawas. Tapi ini juga bukan taat, melainkan hanya pura-pura taat. Ketaatan justru dinilai saat tidak ada yang memerhatikan dan menilai kita. Apalagi kita harus ingat bahwa saat tidak ada otoritas di sekitar kita pun, akan selalu ada Otoritas Tertinggi yang selalu melihat apa yang kita lakukan. Itulah sebabnya Kolose 3:23 mengingatkan kita agar melakukan segala sesuatu seperti kita melakukannya untuk Tuhan.

5. Taat Setengah-Setengah

Ketaatan itu membutuhkan totalitas. Ini tidak bisa dilakukan secara setengah-setengah saja. Tuhan mengingatkan kita agar tidak suam-suam kuku dan harus total dalam segala sesuatu yang kita lakukan (Wahyu 3:16). Jika tidak, maka apa yang kita lakukan untuk Dia tersebut akan sia-sia dan "dimuntahkan"-Nya kembali. Ketaatan yang setengah-setengah adalah pada saat kita menawar-nawar apa yang sudah ditetapkan untuk kita taati. Kita mau taat berdoa asalkan tidak usah memberi. Kita merasa sudah melayani sehingga tidak perlu lagi berbuat baik di luar gereja. Kita merasa sudah memberi sehingga tidak perlu lagi menjaga perkataan kita. Itulah contoh ketaatan yang hanya setengah-setengah. Tentu saja, Tuhan tidak akan berkenan pada ketaatan yang seperti itu.

6. Taat Pada Hal yang Keliru

Meskipun di nomor 3 dikatakan bahwa taat membutuhkan kedisiplinan untuk segera menjalankannya, tapi apa yang kita taati juga berpengaruh. Adolf Eichmann adalah pemimpin kamp konsentrasi yang telah menewaskan banyak orang Yahudi pada zaman Nazi. Ketika ditanya di pengadilan mengapa ia melakukan itu, ia berkata : "Saya hanya menaati perintah." Ini mungkin memang ketaatan. Tapi apakah ketaatannya itu bisa dibenarkan ? Tentu saja tidak. Taat pada sesuatu yang salah akan membuat kita salah. Taat yang tidak didasarkan pada kebenaran membuat ketaatan kita tidak benar.


Source : 
HandBook RH Spirit - April 2012

Sudahkah Saya Benar-Benar Taat ?


Sudahkah Anda memiliki ketaatan ? Seringkali kita tidak akan tahu sebelum menginstropeksi dan menguji diri kita sendiri. Nah, untuk membantu melakukannnya, tanyakan pada diri Anda hal-hal berikut ini :

1. Apakah Anda protes saat keinginan Anda tak terkabul ?

Kita sudah berdoa sekian lama untuk sesuatu, tapi ternyata Tuhan menjawab tidak. Wajar jika kita kecewa. Tapi, apa reaksi Anda atas jawaban itu ? Apakah protes, "ngambek", kehilangan semangat mengikuti Dia, ataukah Anda bisa menerima dan bersikap seperti Paulus yang "bermegah dalam kelemahan" karena di dalam kelemahannya, maka kuasa Tuhan akan sempurna (2 Korintus 12:9) ? Inilah ketaatan sejati!

2. Apakah setiap perintah dilakukan dengan sukacita ?

Meski kita melakukan apa yang diperintahkan tersebut, tapi jika kita melakukannya tanpa sukacita, maka ketaatan itu belum menjadi sempurna. Itu adalah ketaatan Yunus yang baru mau melakukan apa yang Tuhan perintahkan setelah merasakan akibatnya jika memberontak. Bandingkan ini dengan Paulus yang bahkan tetap bersukacita saat ia berada di penjara.

3. Apakah Anda sama taatnya saat melakukan pekerjaan besar atau kecil ?

Apakah melakukan pekerjaan mudah atau sulit, apakah itu merupakan pekerjaan bergengsi atau yang remeh, kita tetap melakukannya dengan taat dan serius ? Itulah ketaatan yang sejati.

4. Apakah Anda harus selalu diingatkan untuk taat ?

Anda taat menuruti perintah, tapi Anda harus selalu berulang kali diingatkan bahkan diperingatkan terlebih dulu. Ketaatan sejati seharusnya berasal dari dalam diri sendiri. Meski awalnya kita mungkin tidak taat, tetapi ketika kemudian kita mendapat pengertian atau peringatan tentang pentingnya taat, maka kita lalu tidak harus selalu diingatkan lagi untuk taat. Anda menjadi orang yang taat secara aktif, bukan pasif. Itulah yang Tuhan inginkan.

5. Apakah Anda harus tahu dulu alasan sebuah perintah baru kemudian mau taat ?

Kadang, sikap ini memang baik. Dengan bertanya, artinya kita tetap kritis dan menunjukkan kita memang sungguh-sungguh ingin melakukan dengan benar. Namun, ada kalanya kita tidak selalu mendapat penjelasan. Tuhan pun sering kali memberi jawaban justru setelah kita selesai melakukan perintahNya itu dengan taat. Jadi, mari perhatikan bedanya. Fokus ketaatan kita tetap adalah si pemberi perintah, bukan alasannya. Sering kali orang meributkan alasan karena mereka hanya ingin tahu apa manfaat melakukan perintah tersebut bagi diri mereka sendiri. Dan itu tentu saja bukan ketaatan sejati.

6. Apakah Anda sudah mengerahkan segenap usaha ?

Ya, ketaatan menuntut totalitas. Bukan dengan setengah hati atau setengah pikiran saja. Dengan demikian, orang yang taat juga ingin menghasilkan yang terbaik dalam pekerjaannya.

Source : 
HandBook : Taat untuk Menang
Renungan Harian Spirit - April 2012

Pilihanmu Menentukan Masa Depanmu

Bacaan : Ulangan 30:19-20


Tuhan menciptakan manusia dengan kehendak bebas, bukan seperti robot. Kita dapat memilih sesuai keinginan kita. Namun setiap pilihan pasti memiliki konsekuensi tersendiri. Dalam hidup ini, banyak pilihan, tetapi sebenarnya hanya ada 2 jalan yakni jalan menuju kehidupan dan jalan menuju kebinasaan (Jalan sempit dan jalan lebar).




Oleh sebab itu, kita perlu cermat dalam memilih agar tidak salah pilih karena pilihan kita menentukan masa depan kita.


Ketika hamba-hamba Abraham dan hamba-hamba Lot berselisih, maka Abraham sebagai Paman Lot memberi kesempatan kepada Lot untuk memilih. Abraham sebagai pihak yang lebih tua sebenarnya bisa saja hanya memerintahkan Lot pergi ke daerah lain tetapi kerendahan hati dan kasihnyalah yang membuat Abraham bisa mengalah dan membiarkan Lot memilih daerah yang dia sukai. (Kejadian 13:2, 5-13)


Menyambut tawaran tersebut, Lot memilih daerah yang dilihatnya paling subur. Pada dasarnya semua orang selalu menginginkan yang terbaik terutama yang tampak sangat menarik dan menjanjikan. Begitu pula Lot. Ia memilih berdasarkan pandangan matanya. Manusia sering menyukai sesuatu hanya dengan melihat kulit luarnya saja, padahal isinya seringkali tidaklah seindah covernya.

Don’t jugde the book by it’s cover” 
Jangan menilai buku dari covernya.

Amsal 14:12 “Ada jalan yang disangka orang lurus, tetapi ujungnya menuju maut.”


Ada banyak cara yang tampaknya baik tapi ternyata menjerumuskan kita pada sikap kompromi akan dosa. Ada komunitas yang kelihatannya baik tetapi justru memberikan pengaruh yang buruk terhadap sifat kita. Pergaulan yang buruk juga bisa membuat seseorang yang tadinya baik menjadi buruk.


I Korintus 15:33 “Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik.”

Tuhan Yesus mengasihi orang berdosa, tetapi ia tidak kompromi dengan dosa.


Kepada wanita yang kedapatan berzinah, Tuhan Yesus memberi pengampunan tetapi baca Yohanes 8:11 : “… jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang." 


Kasih dan kemurahan Tuhan bukan untuk disalahgunakan apalagi untuk pembenaran diri yang tak kunjung keluar dari kehidupan yang berdosa. Memang Tuhan itu Maha Baik. Seringkali apa yang ditabur tidak langsung dituai sehingga orang sering menganggap apa yang dilakukannya sudah benar walau sesungguhnya tidak demikian.

Daerah yang dipilih Lot sangat subur dan indah… Sangat menjanjikan… Penuh kemudahan sehingga tidak perlu bersusah payah… TETAPI… ternyata kehidupan sosial kota itu… BOBROK… !!! Tidak bermoral… !!! Tidak ada takut akan Tuhan … !!! Bahkan jumlah orang benar di dalamnya tidak mencapai sepuluh orang !!! (Baca: Kejadian 18:23-32 - ingatlah akan tawar menawar Abraham dengan Tuhan saat Tuhan memberitahukan soal penghukuman yang akan ditimpakanNya atas Sodom dan Gomora).


Beberapa dampak dari pilihan LOT


1. Kedua calon menantu tidak takut akan Tuhan. 
Mereka tidak percaya akan pesan malaikat Tuhan. Mungkin mereka tidak merasa bahwa kota itu begitu jahat di mata Tuhan sehingga harus dimusnahkan. Mungkin pula mereka menganggap kejahatan dan kenajisan kota itu adalah hal yang biasa saja karena sudah menjadi gaya hidup mereka pula. Jaman ini banyak orang menganggap korupsi itu biasa saja, berdusta itu sah-sah saja, berzinah itu wajar saja. Toh banyak orang yang melakukannya. Dosa dianggap biasa. Tidak ada lagi perasaan bersalah. Hati nurani tidak lagi berfungsi dengan baik. Kalau dulu saat hati nurani masih berfungsi, melakukan dosa membuat wajah tertunduk malu. Tetapi sekarang, melakukan dosa malah dianggap hebat. Sungguh dunia ini makin edan dan semua serba terbalik. Orang yang benar sering dihakimi. Sementara orang yang salah justru dilindungi dan dibela mati-matian. Seakan di dunia ini tidak ada lagi keadilan.

2. Mengambil keputusan yang salah ketika terdesak.

Ketika Lot dalam keadaan terdesak, sempat mau menyerahkan kedua putrinya untuk dinajiskan. Hal ini dikarenakan pergeseran nilai yang membentuk pola pikir yang tidak lagi mempertahankan norma-norma susila. Mungkin banyak remaja masa kini yang dengan mudahnya menyerahkan diri mereka demi mendapatkan barang-barang mewah, kehidupan yang mapan atau mungkin demi untuk mempertahankan suatu hubungan. Keperawanan dan keperjakaan mungkin sudah dianggap tidak penting lagi. Dan begitu banyak orang yang bertindak sembarangan terhadap pernikahan. Berselingkuh tanpa merasa bersalah. Menikmati menjadi istri simpanan hanya karena ingin hidup mewah.  

3. Segala harta bendanya ludes ketika Sodom dan Gomora dimusnahkan (Kej.19:24-25).
Hal yang perlu kita ingat selalu bahwa kita lahir ke dunia ini tidak membawa apa-apa. Dan suatu saat, ketika kita meninggalkan dunia ini, kita juga tidak akan membawa apa-apa. Kita bisa menjadi orang yang memiliki banyak berkat materi, tetapi jangan pernah terikat kepada materi itu sendiri. Karena sesungguhnya semua itu hanyalah titipan dan kita perlu bertanggung jawab atas semua yang dipercayakan dalam hidup kita.
Saat pemusnahan Sodom dan Gomora, semua harta benda Lot habis ludes. Harta yang ia cari selama bertahun-tahun, yang dia hasilkan dengan berjerih lelah dan menghabiskan banyak waktu. Seketika itu saja hilang. Harta dunia tidak abadi. Karena itu kumpulkanlah bagimu harta di surga. 
4. Istrinya menjadi tiang garam karena menoleh ke belakang. 
Hati istrinya masih terikat pada hartanya. Ia masih tidak rela kehilangan hartanya sehingga ia menoleh ke belakang. Adakah hal-hal yang mengikat kehidupan kita ? Mungkinkah berupa Hobby, atau hiburan seperti Games, Film-film Bioskop, Ramalan Bintang (Ul. 18:10-12,14), Tayangan TV : Sinetron, Infotainment, Kartun, Dunia Maya, atau Bisnis kotor, dan yang terbanyak adalah UANG. Jika apa-apa yang kita lakukan adalah demi uang dan demi uang, maka sadarilah bahwa kita sedang terikat dengan uang. Keterikatan membawa kita pada kondisi yang tidak siap untuk menjadi mempelai Kristus… Memang benar juga kata salah seorang hamba Tuhan, bahwa saingan Tuhan itu hanya satu yang terberat yaitu MAMON !!! Demi uang, orang bisa berbuat apa saja termasuk hal-hal yang mungkin tidak kita duga.

5. Masa depan LOT sangat memprihatinkan. Kedua putrinya menjebak dia dan melakukan dosa perzinahan untuk melanjutkan garis keturunannya (ay. 30-38). Sehingga lahirlah bangsa Moab dan Bani Amon yang kemudian menjadi musuh bangsa Israel.


Pilihan kita menentukan masa depan kita... 
Hari ini kita bisa memilih... Dan kebebasan memilih selamanya adalah milik kita... 
Tetapi dampak dari setiap pilihan tidaklah sama... Karena itu jangan salah pilih... 
Sebab suatu ketika kita akan merasakan dampak dari pilihan kita...
Pilihan yang terbaik tentu merupakan pilihan yang sesuai dengan kehendak dan rencana Tuhan, karena Tuhan tidak pernah salah dan Dia tidak pernah gagal...


Haleluyah... Terpujilah Tuhan Yesus...


Source : Someone

Senin, 09 April 2012

Kura-Kura vs Kelinci

Saat aku kanak-kanak... Sangat sering mendengar Papa mendongeng...
Biasanya itu dilakukan setelah makan siang agar aku dapat tidur dan beristirahat di siang hari....

Salah satu kisah yang paling sering diceritakan Papa adalah..... 
"Lomba Lari Kura-kura vs Kelinci".
Hahaha... walau sudah puluhan kali mendengarnya, aku tetap saja menyukai kisah itu... Mungkin karena kalimat-kalimat Papa disampaikan dengan intonasi yang sangat menarik...

Dan inilah kisah yang aku ceritakan kembali dengan bahasaku sendiri...


Dahulu kala... Di sebuah hutan... Hiduplah seekor kelinci. Bulunya berwarna putih dan gerakannya sangat lincah... Ia dapat berlari kencang hingga tak satupun binatang yang dapat mengejarnya. 
     
Pada suatu hari... sang Kelinci bertemu dengan seekor Kura-kura. Melihat gerakan Kura-kura yang lambat, Kelinci tertawa mengejek, "Hahaha.... Kura-kura, jalanmu lambat sekali... Apa tidak bisa lebih cepat lagi ?"


Kura-kura menghentikan langkahnya dan menatap si Kelinci sambil berkata, "Ah, Kelinci... Kamu jangan meremehkan aku dong... Mentang-mentang larimu cepat..." Sementara itu Kelinci membusungkan dadanya sambil berkata, "Siapa dulu dong... Kelinci... Emang ada hewan yang bisa mengalahkan kecepatanku ?" Ia sangat bangga dengan kemahirannya berlari cepat.


"Ah...., kamu jangan sombong dulu... Di atas langit masih ada langit lho...," kata Kura-kura menasehati.
"Bah..., nasehat basi... Siapa sih lo ? Pake ngajarin gue lagi...," balas si Kelinci, "Kalo ada yang berani lawan aku berlomba lari, panggil aja deh... Palingan kalah juga..."
"Baiklah, biar aku saja yang bertanding denganmu," kata Kura-kura.
"Hah? Kamu? Hahahaha... Pikir dong... Mana bisa kamu ngalahin aku... Jalan aja lambat... Gimana mau lari?" kembali Kelinci tertawa mengejek... Tapi Kura-kura tetap serius ingin berlomba. 


Akhirnya, mereka pun sepakat untuk memulai lomba lari itu. Banyak binatang lain yang turut menyaksikan lomba itu. Mereka sangat penasaran dengan keberanian Kura-kura menantang si Kelinci. Entah apa yang akan terjadi... Kalo si Kelinci menang, tentu ia akan semakin sombong... Tapi bagaimana mungkin Kura-kura yang lambat itu bisa menang ? Ah, rasanya gak mungkin...

Sementara itu..., saat yang mendebarkan di garis start... Aba-aba pun diberikan untuk bersiap-siap...  "Satu... Dua... Tiga... Lariiiiii........"

Waaaaah.... Kelinci larinya cepat sekali.... Hanya sekian detik Kura-kura sudah tertinggal jauh di belakang...  Si Kelinci menoleh sekilas sambil tersenyum melihat Kura-kura yang berjalan pelan... Langkah demi langkah... Tentu saja gak bakalan bisa mendahului Kelinci... Akhirnya, si Kelinci memutuskan untuk beristirahat sejenak di bawah pohon yang rindang karena pikirnya Kura-kura tidak akan pernah bisa mencapai garis finish dengan langkahnya yang lambat itu. "Sampai besokpun gak bakalan sampai deh," katanya. Ia pun duduk di bawah pohon itu menikmati sejuknya angin sepoi-sepoi yang bertiup menerpa tubuhnya. Seketika itu juga ia mulai mengantuk dan akhirnya tertidur pulas. ZzzzzZzzzZzz.....

Sementara itu, Kura-kura terus berusaha dengan penuh semangat untuk mencapai garis finish. Tanpa terasa... ia telah melewati Kelinci yang sedang tidur di bawah pohon. Ia semakin bersemangat dan terus berusaha sekalipun langkahnya masih tergolong sangat lambat. Namun ia tidak putus asa. Terus melangkah dan melangkah lagi... Hingga akhirnya... Tinggal beberapa langkah lagi... Ia akan mencapai garis finish... 

Binatang-binatang hutan lainnya mulai bersorak untuk memberi semangat kepada Kura-kura itu. Dan suara-suara mereka itu telah membangunkan Kelinci dari tidur nyenyaknya. "Ups..," alangkah kagetnya Kelinci melihat Kura-kura sudah hampir mencapai garis finish. Secepat kilat ia mengejarnya... Namun sayang... semuanya sudah terlambat... Kura-kura berhasil tiba di garis finish terlebih dahulu dan dialah pemenangnya. Alangkah malunya si Kelinci... Ia sungguh tidak menyangka bahwa hari ini dia harus dikalahkan oleh seekor Kura-kura. Bukankah ia pelari cepat yang tak terkalahkan ? Bagaimana mungkin seekor Kura-kura mengalahkan seekor Kelinci dalam hal berlari ? Oooooh, ini tidak mungkin... Tapi inilah kenyataannya.



Semua warga hutan bersorak gembira dengan kemenangan si Kura-kura. Tetapi apa yang dikatakan Kura-kura ? "Sudahlah... Cukup sorak-sorainya... Sesungguhnya Kelinci tetap pelari tercepat... Bukan aku... Namun hari ini, ia telah dikalahkan oleh kesombongannya sendiri... Jadi bukan aku yang mengalahkannya," kata Kura-kura bijak. Sementara Kelinci tertunduk malu tanpa dapat berkata apa-apa.


"Nah, Kelinci, pelajaran apa yang kamu dapat hari ini ?" tanya Kura-kura.
"Maafkan, aku, teman-teman... Selama ini aku selalu berkata sombong karena merasa diriku paling hebat berlari... Hari ini aku telah belajar tentang kerendahan hati. Sesungguhnya kesombongan itu adalah awal dari kejatuhan," kata Kelinci yang akhirnya menyadari akan kesalahannya. -- The End --


Pesan Moral :

  • Jangan sombong ketika sedang berhasil dan berada di puncak. Tidak ada tahta dan harta yang abadi. Hidup bagai perputaran roda pedati... Kadang di atas, kadang di bawah... Sikap kitalah yang menunjukkan siapa diri kita, bukan keadaan kita.
  • Jangan putus asa jika memiliki kekurangan, tapi berjuanglah terus hingga berhasil mengatasi kekuranganmu itu. Tuhan pasti menolong orang yang mau berusaha dengan niat yang tulus dan benar di hadapanNya.
Kisah yang sarat dengan pesan moral ini aku ceritakan kembali... untuk mengenang almarhum Papa yang telah 2 tahun meninggalkan kami semua... Bersyukur karena semasa hidupnya Papa sudah menerima Tuhan Yesus dan kami percaya saat ini beliau sudah berada di surga...

Dan puisi ini kutulis sehari setelah Papa meninggal dunia... 

Jalan kehidupan yang panjang...
Tak selamanya bertaburan bunga kebahagiaan...
Terkadang kabut dan awan tebal menutupi sinar mentari...
Rinai hujan pun tepiskan sepi.......
Namun Tuhan selalu setia....
Mewarnai langit dengan pelangi....
Memberi sejahtera di hati....
Hingga mampu tetap melangkah pasti...
Menapaki esok hari...

Sabtu, 17 Maret 2012

Sebuah Renungan tentang WAKTU


 


Mengapa kita harus mempergunakan waktu dengan baik ?

   1.  Karena hidup ini singkat  
"Adapun manusia, hari-harinya seperti rumput, seperti bunga di padang demikianlah ia berbunga; apabila angin melintasinya, maka tidak ada lagi ia, dan tempatnya tidak mengenalnya lagi." (Mazmur 103:15-16)
Kita tidak tahu kapan hidup ini akan berakhir (Yakobus 4:14b). Tetapi kita tahu bahwa semua orang suatu saat pasti akan meninggal dunia. Maut dapat datang kapan saja. Tak pernah dapat diprediksi sebelumnya karena semua itu bisa berlangsung sangat tiba-tiba. Pernahkah terlintas dalam pikiran kita untuk mempersiapkan diri kita menghadapi maut ? Bagaimana dengan mereka yang masih muda ? Mungkin tidak pernah terlintas dalam benak mereka tentang kematian. Dan mungkin pula mereka akan berkata : “Aku masih muda. Biarlah aku bersenang-senang dulu. Bukankah aku harus menikmati masa mudaku ? Nanti kalau sudah tua barulah aku bertobat.” Padahal kenikmatan dunia akan membawa kita pada dosa sementara kita tidak tahu, kapan hidup kita akan berakhir. Mungkin bulan depan, besok, atau 1 jam mendatang. Setiap orang pasti akan mengalami kematian. Kematian tidak hanya dialami oleh orang-orang tua karena maut tidak memandang umur. Kecelakaan-kecelakaan yang terjadi menelan korban dari berbagai kalangan dan usia. Bencana alam menyapu korban tanpa pandang bulu. Entah itu kawula muda, orang tua, wanita hamil, anak-anak bahkan bayi sekalipun. Yang menjadi masalah, bagaimanakah jika saudara meninggal sebelum sempat bertobat ? Maka tempat saudara adalah neraka.   
Percaya Yesus dan dibaptis adalah langkah awal dalam memperoleh keselamatan. Namun keselamatan itu harus dikerjakan dan nama saudara bisa saja dihapus dari kitab kehidupan di sorga jika saudara tidak hidup dalam kebenaran. Jadi sekali saudara percaya kepada Yesus, jangan tanggung-tanggung. Jangan setengah-setengah. Jangan mendua hati. Jadilah orang Kristen yang sungguh-sungguh, bukan Kristen duniawi, bukan Kristen KTP yakni kekristenan yang hanya tertera dalam KTP, tapi hidupnya jauh dari karakter Kristus.

     2. Karena waktu yang berlalu tidak dapat kembali lagi (Pengkhotbah 3:1-2)

Untuk segala sesuatu ada waktunya. Kalau saudara seorang pelajar atau mahasiswa, pergunakan waktu untuk menuntut ilmu. Jangan sia-siakan pendidikan yang saudara jalani saat ini. Tidak semua orang bisa mengecap pendidikan di bangku sekolah. Saudara harus bersyukur atas kesempatan itu. Dengan menjalani pendidikan, kita belajar dan beroleh ilmu pengetahuan sehingga kita mengerti banyak hal dan kita bisa mengerjakan apa yang telah kita pelajari. Saudara yang sudah dewasa tentu tidak dapat kembali menjalani pendidikan di Sekolah Dasar. Oleh sebab itu jangan biarkan kesempatan yang ada sekarang berlalu begitu saja karena kesempatan itu tidak akan kembali lagi. 


Jangan membuang waktu untuk hal-hal yang tidak berguna. Selesaikan semua tugas dan pekerjaan tanpa menunda-nunda. Begitu banyak orang yang terikat oleh permainan game online hingga waktu yang ada terbuang begitu saja. Awalnya menjadi hiburan, namun akhirnya... tanpa disadari kita telah di bawah pengaruh perbudakan karena seringkali tidak sanggup melepaskan diri dari permainan itu. Begitu pula dengan tayangan sinetron yang seakan menciptakan suatu ketergantungan. Karena itu, kuasailah diri kita agar tidak terjebak ke dalamnya. 

Ingatlah selalu bahwa waktu tidak akan pernah kembali. Masa lalu tidak dapat diperbaiki sekalipun kita mau menukarnya dengan sejumlah harta. Karena setiap detik yang sudah berlalu tak dapat dibeli dengan apapun juga. Sering kali kita menyesali kelalaian dan kemalasan kita di masa lalu sehingga kita harus menanggung akibatnya di masa kini. Misalnya : Malas beribadah sehingga kita  kehilangan berkat-berkat rohani. Malas sekolah sehingga tidak lulus sekolah. Malas bekerja sehingga tidak punya penghasilan. Malas berusaha sehingga hidup kita tidak ada peningkatan. Atau saat dimana kita dapat meraih prestasi-prestasi gemilang, kita lewatkan begitu saja dengan asal-asalan dan perjuangan yang kurang maksimal.  Karena itu, hargailah setiap waktu yang Tuhan berikan kepada kita. Ambillah keputusan-keputusan yang benar dalam hidupmu. Karena pilihanmu menentukan masa depanmu !!!

   3.    Agar kita terhindar dari kejahatan (ay.16 - ...karena hari-hari ini adalah jahat)
Firman Tuhan dalam 1 Yohanes 5:19 berkata bahwa seluruh dunia berada di bawah kuasa si jahat. Dunia memang penuh dengan kejahatan. Dimanapun kita berada, perlu waspada dan berjaga-jaga, agar kita tidak jatuh ke dalam jebakan si jahat. Contoh : Raja Daud jatuh dalam dosa perzinahan justru ketika ia sedang santai dan tidak ikut berperang (2 Samuel 11:1-2). 
Sebuah pesan yang mungkin pernah kita dengar berbunyi demikian : "Waspadalah...! Kejahatan terjadi bukan hanya karena ada niat dari pelakunya tetapi karena ada  kesempatan. Waspadalah ! Waspadalah !" (kata Bang Napi). Pesan ini mengingatkan kita bahwa mungkin seseorang tidak berniat melakukan dosa namun karena ada kesempatan-kesempatan di luar pengawasan mata sesamanya, jatuhlah ia ke dalam dosa. Karena itu berjaga-jagalah senantiasa dan janganlah menganggap diri kuat karena awal kejatuhan adalah kesombongan. Dan jika kita yang sudah mengenal kebenaran jatuh dalam dosa, maka akan berlaku hukum tabur tuai. Sekalipun kita kemudian bertobat dan menerima pengampunan dari Tuhan, namun akibatnya akan kita alami kemudian dan kita harus menjalaninya karena Tuhan kita adalah Tuhan yang adil. Oleh sebab itu, jauh lebih baik jika kita menjaga langkah kita sekarang agar tidak jatuh dalam dosa daripada mesti menanggung akibat dari dosa itu.
Mari kita belajar hidup dalam kebenaran. Setiap waktu yang kita jalani, pergunakan dengan baik dan berjalanlah di dalam kebenaran. Hidup kudus bukanlah hal yang mustahil. Saudara bisa hidup kudus kalau saudara mengijinkan Firman Tuhan membersihkan saudara dan membiarkan Roh Kudus yang memimpin kehidupan saudara. Berserahlah sepenuhnya kepada Roh Kudus dan taatilah FirmanNya. Namun sering kali seseorang tidak mau taat dan hanya mengikuti keinginan diri sendiri padahal keinginan itu mungkin saja membawanya kepada dosa. Itulah sebabnya banyak orang tidak dapat hidup dalam kekudusan. Karena mereka memilih untuk kompromi dengan dosa.

   4.    Agar kita beroleh hati yang bijaksana 
"Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana." (Mazmur 90:12). 
Bagi kita yang telah diselamatkan dan ditebus oleh Yesus Kristus,  kehidupan kita bukan milik kita lagi, melainkan milik Tuhan. Karena itu, kita tidak seharusnya menghabiskan seluruh waktu kita hanya untuk kepentingan pribadi diri kita sendiri. Jadilah saksi Tuhan. Bekerjalah di ladang Tuhan dengan karunia yang telah dipercayakan kepada kita. Pergunakanlah waktu untuk mengembangkan talenta yang Tuhan berikan bagi kemuliaan namaNya. Karena suatu ketika kita harus memberi pertanggungjawaban di hadapan Tuhan mengenai hal itu. 

"Jangan lalai dalam mempergunakan karunia yang ada padamu, yang telah diberikan kepadamu oleh nubuat dan dengan penumpangan tangan sidang penatua." (1 Timotius 4:14)

Tunaikanlah tugas pelayanan yang dipercayakan kepada Saudara dengan penuh rasa tanggung jawab. Milikilah hubungan yang intim dengan Tuhan dalam doa. Beri waktu untuk merenungkan FirmanNya. Dan kita akan merasakan hari-hari yang kita lalui bersama Tuhan akan lebih berarti dan berdampak. Kalaupun saudara belum mendapat tugas pelayanan di gereja, masih banyak hal yang bisa dikerjakan seperti berdoa syafaat, bersaksi, mengajak teman ke gereja, mendoakan orang sakit di rumah sakit, menulis lagu rohani, dll. Semua itu juga termasuk pelayanan. Jadi setiap kita dipanggil bukan hanya untuk melayani di gereja atau di atas mimbar saja tetapi terlebih lagi untuk memberitakan injil sesuai dengan amanat Agung dalam Matius 28:19-20. n
Source : Someone 

Jumat, 16 Maret 2012

Waktu


Untuk mengetahui nilai satu tahun,
tanyakanlah kepada siswa yang gagal ujian akhir

Untuk mengetahui nilai satu bulan,
tanyakanlah kepada ibu yang melahirkan bayi prematur

Untuk mengetahui nilai satu minggu,
tanyakanlah kepada seorang editor surat kabar mingguan

Untuk mengetahui nilai satu jam,
tanyakanlah kepada seorang yang sedang menanti kedatangan kekasihnya

Untuk mengetahui nilai satu menit,
tanyakanlah kepada seorang yang baru saja ketinggalan bus, kereta atau pesawat

Untuk mengetahui nilai satu detik,
tanyakanlah kepada seorang yang selamat dari kecelakaan

Untuk mengetahui nilai satu milidetik,
tanyakanlah kepada atlit yang meraih medali perak di Olimpiade



Pergunakanlah waktu dengan sebaik-baiknya
Pergunakanlah waktu untuk hal-hal positif dan bermanfaat
Karena waktu yang berlalu tidak akan pernah kembali lagi...

Efesus 5:16
"dan pergunakanlah waktu yang ada,
karena hari-hari ini adalah jahat."