All for Jesus Christ

All for Jesus Christ

Selasa, 10 April 2012

Taat yang Keliru


Taat memang adalah satu kata yang kesannya positif. Namun demikian, tidak semua taat itu baik. Berikut adalah beberapa bentuk taat yang tidak seharusnya dilakukan.

1. Taat Karena Ingin Mendapatkan Sesuatu

Sebagai warga negara, maka kita wajib taat pada hukum dan aturan negara. Sebagai anak, maka kita berkewajiban patuh terhadap orang tua. Sebagai anakNya, kita wajib taat pada aturan Firman Tuhan. Kita taat bukan karena ingin mendapat pujian atau hadiah. Motivasi taat adalah kesadaran bahwa kita menyadari kedudukan kita, bukan karena ingin mendapatkan sesuatu.

2. Taat Karena Takut Dihukum atau Rugi

Ada orang taat karena ia takut Tuhan marah padanya. Ia takut jika tidak mendapat berkat. Mengapa motivasi taat seperti ini salah ? Karena orang yang taat padaNya pun bukan berarti dia tidak akan pernah mengalami masalah. Tak heran, jika orang dengan motivasi seperti ini Tuhan izinkan mendapat masalah, maka ia akan kecewa, berontak, menyerah, bahkan tidak lagi mau taat pada Tuhan. Padahal, Tuhan ingin kita taat karena kita mengasihiNya, bukan karena takut atau mengincar berkatNya saja.

3. Taat yang Ditunda

Taat bukan hanya berbicara tentang apakah kita mengerjakan atau tidak, tetapi kapan kita mengerjakannya. Sebuah perintah yang diberikan hari ini bisa jadi sudah tidak akan berguna lagi jika dikerjakan besok pagi. Ya, taat membutuhkan kedisiplinan dalam melakukannya. Bangsa Israel pernah mendapat murka Allah karena meski mereka mau membangun rumah Tuhan, tapi mereka menunda-nunda melakukannya (Hagai 1:2). Ya, taat berarti kita tidak lagi main tawar menawar dengan si pemberi perintah. Jika ketaatan tersebut hanya dilakukan berdasarkan minat ataupun mood kita, maka  itu bukanlah ketaatan melainkan tindakan sukarela.

4. Taat karena Ada yang Mengawasi

Orang melanggar lampu lalu lintas karena tak ada polisi tentu sudah sering kita lihat. Serius bekerja hanya saat ada atasan atau bersikap hormat pada orang tua dan pasangan hanya saat ada tamu, juga mungkin sering kita lihat. Banyak orang taat karena ada pengawas. Tapi ini juga bukan taat, melainkan hanya pura-pura taat. Ketaatan justru dinilai saat tidak ada yang memerhatikan dan menilai kita. Apalagi kita harus ingat bahwa saat tidak ada otoritas di sekitar kita pun, akan selalu ada Otoritas Tertinggi yang selalu melihat apa yang kita lakukan. Itulah sebabnya Kolose 3:23 mengingatkan kita agar melakukan segala sesuatu seperti kita melakukannya untuk Tuhan.

5. Taat Setengah-Setengah

Ketaatan itu membutuhkan totalitas. Ini tidak bisa dilakukan secara setengah-setengah saja. Tuhan mengingatkan kita agar tidak suam-suam kuku dan harus total dalam segala sesuatu yang kita lakukan (Wahyu 3:16). Jika tidak, maka apa yang kita lakukan untuk Dia tersebut akan sia-sia dan "dimuntahkan"-Nya kembali. Ketaatan yang setengah-setengah adalah pada saat kita menawar-nawar apa yang sudah ditetapkan untuk kita taati. Kita mau taat berdoa asalkan tidak usah memberi. Kita merasa sudah melayani sehingga tidak perlu lagi berbuat baik di luar gereja. Kita merasa sudah memberi sehingga tidak perlu lagi menjaga perkataan kita. Itulah contoh ketaatan yang hanya setengah-setengah. Tentu saja, Tuhan tidak akan berkenan pada ketaatan yang seperti itu.

6. Taat Pada Hal yang Keliru

Meskipun di nomor 3 dikatakan bahwa taat membutuhkan kedisiplinan untuk segera menjalankannya, tapi apa yang kita taati juga berpengaruh. Adolf Eichmann adalah pemimpin kamp konsentrasi yang telah menewaskan banyak orang Yahudi pada zaman Nazi. Ketika ditanya di pengadilan mengapa ia melakukan itu, ia berkata : "Saya hanya menaati perintah." Ini mungkin memang ketaatan. Tapi apakah ketaatannya itu bisa dibenarkan ? Tentu saja tidak. Taat pada sesuatu yang salah akan membuat kita salah. Taat yang tidak didasarkan pada kebenaran membuat ketaatan kita tidak benar.


Source : 
HandBook RH Spirit - April 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar