All for Jesus Christ

All for Jesus Christ

Sabtu, 14 April 2012

TAKUT atau TAAT ?

Perbedaan Melakukan Sesuatu Karena TAKUT atau Karena TAAT



  1. Melakukan sesuatu karena ada konsekuensinya (tidak mendapatkan sesuatu atau takut kehilangan sesuatu).
  2. Sikapnya tergantung dari keadaan sekitarnya; apakah yang ia takuti sedang melihatnya, ada disekitarnya, mengetahuinya atau tidak.
  3. Ia melakukan sesuatu dengan perasaan terpaksa.
  4. Sikap yang timbul karena rasa takut biasanya tidak bertahan lama.
  5. Sikap yang timbul karena rasa takut biasanya dimotivasi oleh egoisme (hanya karena tidak mau diri sendiri rugi).
  6. Bisa berujung pada pemberontakan dan pembangkangan.
  7. Melakukan sesuatu dengan disertai tekanan.
  8. Tujuannya untuk mencari aman diri sendiri; agar diri sendiri tidak rugi.


Melakukan Karena TAAT
  1. Melakukan sesuatu karena sadar bahwa itu memang adalah tanggung jawabnya.
  2. Sikapnya sama dimanapun dan dalam keadaan apapun; Sikapnya tidak ditentukan oleh bagaimana keadaan sekitarnya, apakah ada yang mengawasi atau tidak. 
  3. Melakukan sesuatu dengan kerelaan hati.
  4. Sikap yang timbul karena ketaatan biasanya bertahan lama karena ini adalah karakter.
  5. Sikap yang timbul karena ketaatan biasanya dimotivasi oleh kasih, respek, dan ucapan syukur.
  6. Berujung pada kesetiaan atau loyalitas.
  7. Melakukan sesuatu dengan disertai damai sejahtera.
  8. Tujuannya untuk menyenangkan orang/aturan yang sudah sepantasnya ia hormati dan taati.


Source : HandBook RH Spirit - April 2012

Jumat, 13 April 2012

Obey The Quotes

"Bila kita benar-benar ingin belajar dari orang lain, 
maka kita harus benar-benar taat."
- Ed Townsend -


"Tidak perlu ilmu tinggi untuk menjadi seorang Kristen. 
Yang diperlukan untuk menjadi Kristen adalah hati yang tulus 
dan kesediaan untuk menaati Tuhan."
- Albert Barnes -

"Taat itu lebih aman daripada memberi perintah."
- Thomas Kempis -

"Taat itu bukanlah sesuatu yang berat untuk dilakukan
saat kita mengasihi orang yang kita taati."
- St. Ignatius -

"Sulit untuk dipercaya jika kita sulit untuk taat."
- Soren Kierkegaard -

"Belajarlah untuk taat sebelum anda memerintah."
- Solon -

"Yang paling penting dalam hidup ini adalah 
kesediaan untuk taat pada Tuhan."
- Johannes Tauler -

"Anda bisa melihat Tuhan dimanapun 
asalkan pikiran kita diarahkan untuk mengasihi dan menaatiNya."
- Aiden Wilson Tozer -


Source : Handbook RH Spirit April 2012


Biarlah Video di bawah ini dapat menginspirasi kita untuk tetap taat 
sampai Tuhan datang menjemput setiap kita.






Selasa, 10 April 2012

Dilema Taat


Ketaatan adalah bagian yang penting dalam kehidupan orang Kristen. Tuhan sudah menunjukkan bagaimana Ia taat hingga akhir untuk menyelamatkan kita. Sekarang, tugas kita adalah untuk menaatiNya. Tapi, tantangan dan hambatan untuk taat pun selalu ada. Sering kali, tantangan itu lalu memunculkan dilema. Nah, apa saja tantangan dari ketaatan dan bagaimana kita bisa mengatasinya?

1. Ketika Ketaatan Mensyaratkan Pengorbanan

Taat menjadi sulit dilakukan saat kita harus kehilangan sesuatu atau tepatnya mengorbankan sesuatu. Saat mau taat hidup kudus, kita harus bisa mengendalikan diri dan hawa nafsu kita, meski orang-orang di sekitar kita melakukan yang sebaliknya. Saat kita mau taat memberi, kita harus dapat mengorbankan keinginan membeli sesuatu dengan uang itu. Bagaimana kita bisa menang atas hambatan ini ? Jawabannya adalah dengan iman akan janji Tuhan. Iman akan memunculkan pengharapan bagi kita, dan iman itu membutuhkan ketaatan. Jadi jangan fokus pada hambatannya, melainkan fokuskan pada iman dan Tuhan.

2. Ketika Ketaatan Melebihi Pikiran

Alkitab berisi banyak sekali kisah ketika seseorang harus taat meski Tuhan memerintahkan padanya suatu hal yang tampak tak masuk akal. Abraham dijanjikan Tuhan memiliki banyak keturunan, tapi Tuhan sendiri yang kemudian menyuruhnya untuk mempersembahkan Ishak, anak satu-satunya. Gideon disuruh menyerang 120 ribu pasukan hanya dengan 300 orang. Yosua disuruh mengalahkan kota Yerikho dengan cara mengelilingi temboknya saja. Petrus diminta menjala ikan justru di siang hari dan banyak hal lain. Semuanya secara nalar tidak masuk akal. Tapi, di sinilah ketaatan kita (kepada Tuhan) diuji. PikiranNya bukan pikiran kita (Yesaya 55:8-9). Ya, dalam hal taat kepada Tuhan, kadang kita tidak bisa bersandar pada pengertian diri sendiri. Percayalah bahwa Tuhan akan memberi yang terbaik meski kita dituntut untuk melakukan sesuatu yang tidak masuk akal (Amsal 3:5-6)

3. Ketika Ketaatan = Melawan Arus

Ketaatan mungkin lebih mudah jika semua orang mendukung kita. Tapi akan sulit jika ketaatan berarti melawan arus, bahkan membuat kita harus berdiri sendiri. Banyak orang gagal taat hanya karena ia ingin bisa diterima dan tidak mau diolok-olok, dikucilkan, dianggap aneh, dll. Daniel, Sadrakh, Mesakh, dan Abednego mengalaminya, demikian juga Nuh atau Yosua, dan tentu saja Yesus sendiri.

4. Ketika Ketaatan Membuat Kita Menderita

Ketaatan bukan tak mungkin memunculkan penderitaan. Yesus mengatakan barangsiapa ingin menjadi muridNya, maka dia harus memikul salib (Lukas 14:27). Dia tidak berjanji kita akan bebas masalah saat kita memutuskan untuk taat dan menjadi muridNya. Tetapi di tengah penderitaan, pencobaan serta tantangan itu, Dia akan menyediakan damai sejahtera, sukacita dan kesatuan dengan Dia. Artinya, saat kita mau taat dan mau "memikul salib", Ia pasti akan membantu kita untuk tetap kuat dan mendapatkan penghiburan.



Source : HandBook RH Spirit - April 2012

Taat yang Keliru


Taat memang adalah satu kata yang kesannya positif. Namun demikian, tidak semua taat itu baik. Berikut adalah beberapa bentuk taat yang tidak seharusnya dilakukan.

1. Taat Karena Ingin Mendapatkan Sesuatu

Sebagai warga negara, maka kita wajib taat pada hukum dan aturan negara. Sebagai anak, maka kita berkewajiban patuh terhadap orang tua. Sebagai anakNya, kita wajib taat pada aturan Firman Tuhan. Kita taat bukan karena ingin mendapat pujian atau hadiah. Motivasi taat adalah kesadaran bahwa kita menyadari kedudukan kita, bukan karena ingin mendapatkan sesuatu.

2. Taat Karena Takut Dihukum atau Rugi

Ada orang taat karena ia takut Tuhan marah padanya. Ia takut jika tidak mendapat berkat. Mengapa motivasi taat seperti ini salah ? Karena orang yang taat padaNya pun bukan berarti dia tidak akan pernah mengalami masalah. Tak heran, jika orang dengan motivasi seperti ini Tuhan izinkan mendapat masalah, maka ia akan kecewa, berontak, menyerah, bahkan tidak lagi mau taat pada Tuhan. Padahal, Tuhan ingin kita taat karena kita mengasihiNya, bukan karena takut atau mengincar berkatNya saja.

3. Taat yang Ditunda

Taat bukan hanya berbicara tentang apakah kita mengerjakan atau tidak, tetapi kapan kita mengerjakannya. Sebuah perintah yang diberikan hari ini bisa jadi sudah tidak akan berguna lagi jika dikerjakan besok pagi. Ya, taat membutuhkan kedisiplinan dalam melakukannya. Bangsa Israel pernah mendapat murka Allah karena meski mereka mau membangun rumah Tuhan, tapi mereka menunda-nunda melakukannya (Hagai 1:2). Ya, taat berarti kita tidak lagi main tawar menawar dengan si pemberi perintah. Jika ketaatan tersebut hanya dilakukan berdasarkan minat ataupun mood kita, maka  itu bukanlah ketaatan melainkan tindakan sukarela.

4. Taat karena Ada yang Mengawasi

Orang melanggar lampu lalu lintas karena tak ada polisi tentu sudah sering kita lihat. Serius bekerja hanya saat ada atasan atau bersikap hormat pada orang tua dan pasangan hanya saat ada tamu, juga mungkin sering kita lihat. Banyak orang taat karena ada pengawas. Tapi ini juga bukan taat, melainkan hanya pura-pura taat. Ketaatan justru dinilai saat tidak ada yang memerhatikan dan menilai kita. Apalagi kita harus ingat bahwa saat tidak ada otoritas di sekitar kita pun, akan selalu ada Otoritas Tertinggi yang selalu melihat apa yang kita lakukan. Itulah sebabnya Kolose 3:23 mengingatkan kita agar melakukan segala sesuatu seperti kita melakukannya untuk Tuhan.

5. Taat Setengah-Setengah

Ketaatan itu membutuhkan totalitas. Ini tidak bisa dilakukan secara setengah-setengah saja. Tuhan mengingatkan kita agar tidak suam-suam kuku dan harus total dalam segala sesuatu yang kita lakukan (Wahyu 3:16). Jika tidak, maka apa yang kita lakukan untuk Dia tersebut akan sia-sia dan "dimuntahkan"-Nya kembali. Ketaatan yang setengah-setengah adalah pada saat kita menawar-nawar apa yang sudah ditetapkan untuk kita taati. Kita mau taat berdoa asalkan tidak usah memberi. Kita merasa sudah melayani sehingga tidak perlu lagi berbuat baik di luar gereja. Kita merasa sudah memberi sehingga tidak perlu lagi menjaga perkataan kita. Itulah contoh ketaatan yang hanya setengah-setengah. Tentu saja, Tuhan tidak akan berkenan pada ketaatan yang seperti itu.

6. Taat Pada Hal yang Keliru

Meskipun di nomor 3 dikatakan bahwa taat membutuhkan kedisiplinan untuk segera menjalankannya, tapi apa yang kita taati juga berpengaruh. Adolf Eichmann adalah pemimpin kamp konsentrasi yang telah menewaskan banyak orang Yahudi pada zaman Nazi. Ketika ditanya di pengadilan mengapa ia melakukan itu, ia berkata : "Saya hanya menaati perintah." Ini mungkin memang ketaatan. Tapi apakah ketaatannya itu bisa dibenarkan ? Tentu saja tidak. Taat pada sesuatu yang salah akan membuat kita salah. Taat yang tidak didasarkan pada kebenaran membuat ketaatan kita tidak benar.


Source : 
HandBook RH Spirit - April 2012

Sudahkah Saya Benar-Benar Taat ?


Sudahkah Anda memiliki ketaatan ? Seringkali kita tidak akan tahu sebelum menginstropeksi dan menguji diri kita sendiri. Nah, untuk membantu melakukannnya, tanyakan pada diri Anda hal-hal berikut ini :

1. Apakah Anda protes saat keinginan Anda tak terkabul ?

Kita sudah berdoa sekian lama untuk sesuatu, tapi ternyata Tuhan menjawab tidak. Wajar jika kita kecewa. Tapi, apa reaksi Anda atas jawaban itu ? Apakah protes, "ngambek", kehilangan semangat mengikuti Dia, ataukah Anda bisa menerima dan bersikap seperti Paulus yang "bermegah dalam kelemahan" karena di dalam kelemahannya, maka kuasa Tuhan akan sempurna (2 Korintus 12:9) ? Inilah ketaatan sejati!

2. Apakah setiap perintah dilakukan dengan sukacita ?

Meski kita melakukan apa yang diperintahkan tersebut, tapi jika kita melakukannya tanpa sukacita, maka ketaatan itu belum menjadi sempurna. Itu adalah ketaatan Yunus yang baru mau melakukan apa yang Tuhan perintahkan setelah merasakan akibatnya jika memberontak. Bandingkan ini dengan Paulus yang bahkan tetap bersukacita saat ia berada di penjara.

3. Apakah Anda sama taatnya saat melakukan pekerjaan besar atau kecil ?

Apakah melakukan pekerjaan mudah atau sulit, apakah itu merupakan pekerjaan bergengsi atau yang remeh, kita tetap melakukannya dengan taat dan serius ? Itulah ketaatan yang sejati.

4. Apakah Anda harus selalu diingatkan untuk taat ?

Anda taat menuruti perintah, tapi Anda harus selalu berulang kali diingatkan bahkan diperingatkan terlebih dulu. Ketaatan sejati seharusnya berasal dari dalam diri sendiri. Meski awalnya kita mungkin tidak taat, tetapi ketika kemudian kita mendapat pengertian atau peringatan tentang pentingnya taat, maka kita lalu tidak harus selalu diingatkan lagi untuk taat. Anda menjadi orang yang taat secara aktif, bukan pasif. Itulah yang Tuhan inginkan.

5. Apakah Anda harus tahu dulu alasan sebuah perintah baru kemudian mau taat ?

Kadang, sikap ini memang baik. Dengan bertanya, artinya kita tetap kritis dan menunjukkan kita memang sungguh-sungguh ingin melakukan dengan benar. Namun, ada kalanya kita tidak selalu mendapat penjelasan. Tuhan pun sering kali memberi jawaban justru setelah kita selesai melakukan perintahNya itu dengan taat. Jadi, mari perhatikan bedanya. Fokus ketaatan kita tetap adalah si pemberi perintah, bukan alasannya. Sering kali orang meributkan alasan karena mereka hanya ingin tahu apa manfaat melakukan perintah tersebut bagi diri mereka sendiri. Dan itu tentu saja bukan ketaatan sejati.

6. Apakah Anda sudah mengerahkan segenap usaha ?

Ya, ketaatan menuntut totalitas. Bukan dengan setengah hati atau setengah pikiran saja. Dengan demikian, orang yang taat juga ingin menghasilkan yang terbaik dalam pekerjaannya.

Source : 
HandBook : Taat untuk Menang
Renungan Harian Spirit - April 2012

Pilihanmu Menentukan Masa Depanmu

Bacaan : Ulangan 30:19-20


Tuhan menciptakan manusia dengan kehendak bebas, bukan seperti robot. Kita dapat memilih sesuai keinginan kita. Namun setiap pilihan pasti memiliki konsekuensi tersendiri. Dalam hidup ini, banyak pilihan, tetapi sebenarnya hanya ada 2 jalan yakni jalan menuju kehidupan dan jalan menuju kebinasaan (Jalan sempit dan jalan lebar).




Oleh sebab itu, kita perlu cermat dalam memilih agar tidak salah pilih karena pilihan kita menentukan masa depan kita.


Ketika hamba-hamba Abraham dan hamba-hamba Lot berselisih, maka Abraham sebagai Paman Lot memberi kesempatan kepada Lot untuk memilih. Abraham sebagai pihak yang lebih tua sebenarnya bisa saja hanya memerintahkan Lot pergi ke daerah lain tetapi kerendahan hati dan kasihnyalah yang membuat Abraham bisa mengalah dan membiarkan Lot memilih daerah yang dia sukai. (Kejadian 13:2, 5-13)


Menyambut tawaran tersebut, Lot memilih daerah yang dilihatnya paling subur. Pada dasarnya semua orang selalu menginginkan yang terbaik terutama yang tampak sangat menarik dan menjanjikan. Begitu pula Lot. Ia memilih berdasarkan pandangan matanya. Manusia sering menyukai sesuatu hanya dengan melihat kulit luarnya saja, padahal isinya seringkali tidaklah seindah covernya.

Don’t jugde the book by it’s cover” 
Jangan menilai buku dari covernya.

Amsal 14:12 “Ada jalan yang disangka orang lurus, tetapi ujungnya menuju maut.”


Ada banyak cara yang tampaknya baik tapi ternyata menjerumuskan kita pada sikap kompromi akan dosa. Ada komunitas yang kelihatannya baik tetapi justru memberikan pengaruh yang buruk terhadap sifat kita. Pergaulan yang buruk juga bisa membuat seseorang yang tadinya baik menjadi buruk.


I Korintus 15:33 “Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik.”

Tuhan Yesus mengasihi orang berdosa, tetapi ia tidak kompromi dengan dosa.


Kepada wanita yang kedapatan berzinah, Tuhan Yesus memberi pengampunan tetapi baca Yohanes 8:11 : “… jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang." 


Kasih dan kemurahan Tuhan bukan untuk disalahgunakan apalagi untuk pembenaran diri yang tak kunjung keluar dari kehidupan yang berdosa. Memang Tuhan itu Maha Baik. Seringkali apa yang ditabur tidak langsung dituai sehingga orang sering menganggap apa yang dilakukannya sudah benar walau sesungguhnya tidak demikian.

Daerah yang dipilih Lot sangat subur dan indah… Sangat menjanjikan… Penuh kemudahan sehingga tidak perlu bersusah payah… TETAPI… ternyata kehidupan sosial kota itu… BOBROK… !!! Tidak bermoral… !!! Tidak ada takut akan Tuhan … !!! Bahkan jumlah orang benar di dalamnya tidak mencapai sepuluh orang !!! (Baca: Kejadian 18:23-32 - ingatlah akan tawar menawar Abraham dengan Tuhan saat Tuhan memberitahukan soal penghukuman yang akan ditimpakanNya atas Sodom dan Gomora).


Beberapa dampak dari pilihan LOT


1. Kedua calon menantu tidak takut akan Tuhan. 
Mereka tidak percaya akan pesan malaikat Tuhan. Mungkin mereka tidak merasa bahwa kota itu begitu jahat di mata Tuhan sehingga harus dimusnahkan. Mungkin pula mereka menganggap kejahatan dan kenajisan kota itu adalah hal yang biasa saja karena sudah menjadi gaya hidup mereka pula. Jaman ini banyak orang menganggap korupsi itu biasa saja, berdusta itu sah-sah saja, berzinah itu wajar saja. Toh banyak orang yang melakukannya. Dosa dianggap biasa. Tidak ada lagi perasaan bersalah. Hati nurani tidak lagi berfungsi dengan baik. Kalau dulu saat hati nurani masih berfungsi, melakukan dosa membuat wajah tertunduk malu. Tetapi sekarang, melakukan dosa malah dianggap hebat. Sungguh dunia ini makin edan dan semua serba terbalik. Orang yang benar sering dihakimi. Sementara orang yang salah justru dilindungi dan dibela mati-matian. Seakan di dunia ini tidak ada lagi keadilan.

2. Mengambil keputusan yang salah ketika terdesak.

Ketika Lot dalam keadaan terdesak, sempat mau menyerahkan kedua putrinya untuk dinajiskan. Hal ini dikarenakan pergeseran nilai yang membentuk pola pikir yang tidak lagi mempertahankan norma-norma susila. Mungkin banyak remaja masa kini yang dengan mudahnya menyerahkan diri mereka demi mendapatkan barang-barang mewah, kehidupan yang mapan atau mungkin demi untuk mempertahankan suatu hubungan. Keperawanan dan keperjakaan mungkin sudah dianggap tidak penting lagi. Dan begitu banyak orang yang bertindak sembarangan terhadap pernikahan. Berselingkuh tanpa merasa bersalah. Menikmati menjadi istri simpanan hanya karena ingin hidup mewah.  

3. Segala harta bendanya ludes ketika Sodom dan Gomora dimusnahkan (Kej.19:24-25).
Hal yang perlu kita ingat selalu bahwa kita lahir ke dunia ini tidak membawa apa-apa. Dan suatu saat, ketika kita meninggalkan dunia ini, kita juga tidak akan membawa apa-apa. Kita bisa menjadi orang yang memiliki banyak berkat materi, tetapi jangan pernah terikat kepada materi itu sendiri. Karena sesungguhnya semua itu hanyalah titipan dan kita perlu bertanggung jawab atas semua yang dipercayakan dalam hidup kita.
Saat pemusnahan Sodom dan Gomora, semua harta benda Lot habis ludes. Harta yang ia cari selama bertahun-tahun, yang dia hasilkan dengan berjerih lelah dan menghabiskan banyak waktu. Seketika itu saja hilang. Harta dunia tidak abadi. Karena itu kumpulkanlah bagimu harta di surga. 
4. Istrinya menjadi tiang garam karena menoleh ke belakang. 
Hati istrinya masih terikat pada hartanya. Ia masih tidak rela kehilangan hartanya sehingga ia menoleh ke belakang. Adakah hal-hal yang mengikat kehidupan kita ? Mungkinkah berupa Hobby, atau hiburan seperti Games, Film-film Bioskop, Ramalan Bintang (Ul. 18:10-12,14), Tayangan TV : Sinetron, Infotainment, Kartun, Dunia Maya, atau Bisnis kotor, dan yang terbanyak adalah UANG. Jika apa-apa yang kita lakukan adalah demi uang dan demi uang, maka sadarilah bahwa kita sedang terikat dengan uang. Keterikatan membawa kita pada kondisi yang tidak siap untuk menjadi mempelai Kristus… Memang benar juga kata salah seorang hamba Tuhan, bahwa saingan Tuhan itu hanya satu yang terberat yaitu MAMON !!! Demi uang, orang bisa berbuat apa saja termasuk hal-hal yang mungkin tidak kita duga.

5. Masa depan LOT sangat memprihatinkan. Kedua putrinya menjebak dia dan melakukan dosa perzinahan untuk melanjutkan garis keturunannya (ay. 30-38). Sehingga lahirlah bangsa Moab dan Bani Amon yang kemudian menjadi musuh bangsa Israel.


Pilihan kita menentukan masa depan kita... 
Hari ini kita bisa memilih... Dan kebebasan memilih selamanya adalah milik kita... 
Tetapi dampak dari setiap pilihan tidaklah sama... Karena itu jangan salah pilih... 
Sebab suatu ketika kita akan merasakan dampak dari pilihan kita...
Pilihan yang terbaik tentu merupakan pilihan yang sesuai dengan kehendak dan rencana Tuhan, karena Tuhan tidak pernah salah dan Dia tidak pernah gagal...


Haleluyah... Terpujilah Tuhan Yesus...


Source : Someone

Senin, 09 April 2012

Kura-Kura vs Kelinci

Saat aku kanak-kanak... Sangat sering mendengar Papa mendongeng...
Biasanya itu dilakukan setelah makan siang agar aku dapat tidur dan beristirahat di siang hari....

Salah satu kisah yang paling sering diceritakan Papa adalah..... 
"Lomba Lari Kura-kura vs Kelinci".
Hahaha... walau sudah puluhan kali mendengarnya, aku tetap saja menyukai kisah itu... Mungkin karena kalimat-kalimat Papa disampaikan dengan intonasi yang sangat menarik...

Dan inilah kisah yang aku ceritakan kembali dengan bahasaku sendiri...


Dahulu kala... Di sebuah hutan... Hiduplah seekor kelinci. Bulunya berwarna putih dan gerakannya sangat lincah... Ia dapat berlari kencang hingga tak satupun binatang yang dapat mengejarnya. 
     
Pada suatu hari... sang Kelinci bertemu dengan seekor Kura-kura. Melihat gerakan Kura-kura yang lambat, Kelinci tertawa mengejek, "Hahaha.... Kura-kura, jalanmu lambat sekali... Apa tidak bisa lebih cepat lagi ?"


Kura-kura menghentikan langkahnya dan menatap si Kelinci sambil berkata, "Ah, Kelinci... Kamu jangan meremehkan aku dong... Mentang-mentang larimu cepat..." Sementara itu Kelinci membusungkan dadanya sambil berkata, "Siapa dulu dong... Kelinci... Emang ada hewan yang bisa mengalahkan kecepatanku ?" Ia sangat bangga dengan kemahirannya berlari cepat.


"Ah...., kamu jangan sombong dulu... Di atas langit masih ada langit lho...," kata Kura-kura menasehati.
"Bah..., nasehat basi... Siapa sih lo ? Pake ngajarin gue lagi...," balas si Kelinci, "Kalo ada yang berani lawan aku berlomba lari, panggil aja deh... Palingan kalah juga..."
"Baiklah, biar aku saja yang bertanding denganmu," kata Kura-kura.
"Hah? Kamu? Hahahaha... Pikir dong... Mana bisa kamu ngalahin aku... Jalan aja lambat... Gimana mau lari?" kembali Kelinci tertawa mengejek... Tapi Kura-kura tetap serius ingin berlomba. 


Akhirnya, mereka pun sepakat untuk memulai lomba lari itu. Banyak binatang lain yang turut menyaksikan lomba itu. Mereka sangat penasaran dengan keberanian Kura-kura menantang si Kelinci. Entah apa yang akan terjadi... Kalo si Kelinci menang, tentu ia akan semakin sombong... Tapi bagaimana mungkin Kura-kura yang lambat itu bisa menang ? Ah, rasanya gak mungkin...

Sementara itu..., saat yang mendebarkan di garis start... Aba-aba pun diberikan untuk bersiap-siap...  "Satu... Dua... Tiga... Lariiiiii........"

Waaaaah.... Kelinci larinya cepat sekali.... Hanya sekian detik Kura-kura sudah tertinggal jauh di belakang...  Si Kelinci menoleh sekilas sambil tersenyum melihat Kura-kura yang berjalan pelan... Langkah demi langkah... Tentu saja gak bakalan bisa mendahului Kelinci... Akhirnya, si Kelinci memutuskan untuk beristirahat sejenak di bawah pohon yang rindang karena pikirnya Kura-kura tidak akan pernah bisa mencapai garis finish dengan langkahnya yang lambat itu. "Sampai besokpun gak bakalan sampai deh," katanya. Ia pun duduk di bawah pohon itu menikmati sejuknya angin sepoi-sepoi yang bertiup menerpa tubuhnya. Seketika itu juga ia mulai mengantuk dan akhirnya tertidur pulas. ZzzzzZzzzZzz.....

Sementara itu, Kura-kura terus berusaha dengan penuh semangat untuk mencapai garis finish. Tanpa terasa... ia telah melewati Kelinci yang sedang tidur di bawah pohon. Ia semakin bersemangat dan terus berusaha sekalipun langkahnya masih tergolong sangat lambat. Namun ia tidak putus asa. Terus melangkah dan melangkah lagi... Hingga akhirnya... Tinggal beberapa langkah lagi... Ia akan mencapai garis finish... 

Binatang-binatang hutan lainnya mulai bersorak untuk memberi semangat kepada Kura-kura itu. Dan suara-suara mereka itu telah membangunkan Kelinci dari tidur nyenyaknya. "Ups..," alangkah kagetnya Kelinci melihat Kura-kura sudah hampir mencapai garis finish. Secepat kilat ia mengejarnya... Namun sayang... semuanya sudah terlambat... Kura-kura berhasil tiba di garis finish terlebih dahulu dan dialah pemenangnya. Alangkah malunya si Kelinci... Ia sungguh tidak menyangka bahwa hari ini dia harus dikalahkan oleh seekor Kura-kura. Bukankah ia pelari cepat yang tak terkalahkan ? Bagaimana mungkin seekor Kura-kura mengalahkan seekor Kelinci dalam hal berlari ? Oooooh, ini tidak mungkin... Tapi inilah kenyataannya.



Semua warga hutan bersorak gembira dengan kemenangan si Kura-kura. Tetapi apa yang dikatakan Kura-kura ? "Sudahlah... Cukup sorak-sorainya... Sesungguhnya Kelinci tetap pelari tercepat... Bukan aku... Namun hari ini, ia telah dikalahkan oleh kesombongannya sendiri... Jadi bukan aku yang mengalahkannya," kata Kura-kura bijak. Sementara Kelinci tertunduk malu tanpa dapat berkata apa-apa.


"Nah, Kelinci, pelajaran apa yang kamu dapat hari ini ?" tanya Kura-kura.
"Maafkan, aku, teman-teman... Selama ini aku selalu berkata sombong karena merasa diriku paling hebat berlari... Hari ini aku telah belajar tentang kerendahan hati. Sesungguhnya kesombongan itu adalah awal dari kejatuhan," kata Kelinci yang akhirnya menyadari akan kesalahannya. -- The End --


Pesan Moral :

  • Jangan sombong ketika sedang berhasil dan berada di puncak. Tidak ada tahta dan harta yang abadi. Hidup bagai perputaran roda pedati... Kadang di atas, kadang di bawah... Sikap kitalah yang menunjukkan siapa diri kita, bukan keadaan kita.
  • Jangan putus asa jika memiliki kekurangan, tapi berjuanglah terus hingga berhasil mengatasi kekuranganmu itu. Tuhan pasti menolong orang yang mau berusaha dengan niat yang tulus dan benar di hadapanNya.
Kisah yang sarat dengan pesan moral ini aku ceritakan kembali... untuk mengenang almarhum Papa yang telah 2 tahun meninggalkan kami semua... Bersyukur karena semasa hidupnya Papa sudah menerima Tuhan Yesus dan kami percaya saat ini beliau sudah berada di surga...

Dan puisi ini kutulis sehari setelah Papa meninggal dunia... 

Jalan kehidupan yang panjang...
Tak selamanya bertaburan bunga kebahagiaan...
Terkadang kabut dan awan tebal menutupi sinar mentari...
Rinai hujan pun tepiskan sepi.......
Namun Tuhan selalu setia....
Mewarnai langit dengan pelangi....
Memberi sejahtera di hati....
Hingga mampu tetap melangkah pasti...
Menapaki esok hari...