All for Jesus Christ

All for Jesus Christ

Jumat, 21 Februari 2014

Tetaplah Bersyukur

Nina adalah seorang gadis yang baik hati. Dia memiliki seorang tetangga yang tinggal sendirian bernama Nenek Tuti. Karena merasa kasihan pada Nenek Tuti yang kesepian, Nina membawakannya sepotong kue buatannya sebagai kejutan. Ketika kali pertama Nenek Tuti menerimanya, Nenek Tuti sangat terharu dan berterima kasih. 

Melihat nenek Tuti suka, seminggu kemudian Nina kembali membawa kue yang sama. “Terima kasih,” jawab nenek singkat.

Namun setelah sebulan lewat, Nina yang biasanya membawakan kue setiap hari Sabtu, baru sempat membawanya pada hari Minggu. Karena itu, Nenek Tuti mengambil kue dari Nina dengan muka yang marah lalu menutup pintu depan rumahnya di depan muka Nina tanpa mengucapkan terima kasih sama sekali.

Minggu selanjutnya, karena sangat sibuk, Nina tidak sempat membuat kue. Dan ketika ia berangkat kerja dan melewati rumah si nenek, nenek Tuti keluar dan berteriak, “Hei Nina, mana kue nenek?" 



Tentu kita merasa bahwa Nenek Tuti dalam cerita di atas itu sangat konyol. Bila kue yang diterimanya itu gratis, mengapa dia harus marah bila Nina terlambat mengantarkannya? Karena kue itu sejak semula pun bukan hak Nenek Tuti, melainkan bentuk belas kasihan dari Nina kepada Nenek Tuti. 

Sadarkah kita, bahwa kita pun sering seperti nenek itu melakukan hal yang sama kepada Tuhan dan sesama. Karena kita selalu menerima sinar matahari pagi setiap hari, nafas kehidupan setiap hari, langit yang biru setiap hari, maka kita berpikir bahwa hal-hal kecil semacam itu tidak perlu disyukuri lagi karena kita menganggap memang sudah seharusnya seperti itu. Padahal, semuanya itu adalah anugerah semata-mata dan bukanlah hak kita sama sekali.

Terkadang saat orang lain sering berbuat baik kepada kita, maka kita menganggap bahwa itu adalah sebuah keharusan padahal itu adalah salah satu anugerah yang sebenarnya bukan hak kita untuk mendapatkannya. Sehingga ketika suatu saat orang lain terlambat atau tidak memberkati kita seperti sebelum-sebelumnya, maka kita menjadi marah dan menganggap orang lain jahat.

Saat kita melihat berkat yang sama setiap hari, kita tidak akan memperhatikannya lagi. Ketika tidak lagi memperhatikan, kita berhenti menghargai. Ketika tidak menghargai, kita berhenti bersyukur. Ketika kita tidak bersyukur, kita mulai mengeluh.

Tuhan mengajarkan kita untuk bersyukur setiap waktu. Ya, karena tanpa bersyukur kita tidak akan dapat melihat keajaiban di dalam setiap hal yang ada di sekitar kita. Bahkan hal yang paling kecil dan sederhana sekalipun. Yesus memulai mukjizat-Nya lewat ucapan syukur kepada Allah Bapa. Bahkan Yesus pun masih tetap mengucapkan syukur kepada Allah Bapa. 

Ada 86.400 detik dalam sehari. Sudahkah kita mengucap syukur kepada Tuhan hari ini ?




Tidak ada komentar:

Posting Komentar