All for Jesus Christ

All for Jesus Christ

Sabtu, 22 Februari 2014

Kisah Seorang Anak yang Buta Tuli


Alkisah ada seorang anak yang hidup berbahagia bersama dengan kedua orang tua yang begitu mencintai dan menyayangi-nya. Pada suatu hari, dalam perjalanan berlibur, mereka mengalami sebuah kecelakaan yang cukup dahsyat. Kecelakaan ini menyebabkan sang ibu meninggal dan sang anak tidak sadarkan diri. Sang ayah sungguh terpukul dan menyesali hal tersebut. Setelah beberapa bulan penantian, sang anak pun tersadar dari koma-nya, akan tetapi sang anak menjadi buta tuli.  Si ayah dengan sedih, hanya bisa memeluk erat anaknya, karena ia tahu hanya sentuhan dan pelukan yang bisa anaknya rasakan. Dan sang ayah berjanji untuk menyertai sang anak setiap saat.


Pada suatu hari yang panas, sang anak meminta kepada sang ayah untuk diperbolehkan membeli es krim. Mengetahui keadaan sang anak yang sedang demam tinggi dan mengkonsumsi es krim hanya akan memperburuk keadaan sang anak, sang ayah hanya dapat diam mendengar rengekan sang anak karena tidak ada yang dapat diperbuat sang ayah meskipun sang ayah sangat ingin mengutarakan kepada sang anak alasan mengapa sang ayah tidak memberikan apa yang sang anak minta saat itu.

Pada suatu hari yang dingin, ketika sedang berjalan-jalan dengan sang ayah, sang anak berjalan mendekati sebuah tempat yang hangat. Mengetahui hal tersebut, sang ayah dengan sigap menarik sang anak dengan begitu kuatnya sehingga sang anak jatuh dan terluka. Sang anak pun menangis. Melihat sang anak menangis, sang ayah hanya dapat memeluk-nya tanpa bisa memberitahu bahwa sang ayah melakukan hal tersebut karena tempat hangat yang dituju sang anak sungguh berbahaya bagi sang anak, yaitu sebuah gedung yang sedang terbakar hebat.

Pada suatu hari yang cerah, sang ayah mengambil liontin dari kalung yang dikenakan sang anak dan membuang-nya. Sang anak sangat marah kepada sang ayah karena liontin tersebut adalah liontin kesayangan-nya yang diberikan oleh sang ibu sewaktu sang anak berulang tahun. Sang ayah hanya dapat diam tanpa bisa memberikan penjelasan kepada sang anak bahwa sang ayah melakukan hal tersebut karena tidak menginginkan sang anak terluka karenanya. Ingin rasanya sang ayah menjelaskan bahwa liontin tersebut sudah berkarat dan bagian tajamnya dapat setiap saat melukai sang anak, namun apa daya si anak tidak dapat mendengar.



Saat-saat paling bahagia si ayah adalah saat dia mendengar anaknya mengutarakan perasaannya, isi hatinya. Saat anaknya mendiamkan dia, dia merasa tersiksa, namun ia senantiasa berada disamping anaknya, setia menjaganya. Dia hanya bisa berdoa dan berharap, kalau suatu saat Tuhan boleh memberi mujizat. Setiap hari jam 4 pagi, dia bangun untuk mendoakan kesembuhan anaknya. Setiap hari.

Beberapa tahun berlalu. Di suatu pagi yang cerah, sayup-sayup bunyi kicauan burung membangunkan si anak. Ternyata pendengarannya pulih! Anak itu berteriak kegirangan, sampai mengejutkan si ayah yg tertidur di sampingnya. Kemudian disusul oleh pengelihatannya. Ternyata Tuhan telah mengabulkan doa sang ayah. Melihat rambut ayahnya yang telah memutih dan tangan sang ayah yg telah mengeras penuh luka, si anak memeluk erat sang ayah, sambil berkata. “Ayah, terima kasih ya, selama ini engkau telah setia menjagaku.”

Sahabat Tuhan, sering kali kita tidak memahami rencana dan kebaikan Tuhan dalam hidup kita. Kita hanya tahu tentang apa yang kita inginkan, namun kita tidak memahami bahwa sesungguhnya Tuhan lebih tahu apa yang terbaik bagi kita. Jika kondisi kita seperti sang anak yang kerap kali kecewa dengan kenyataan yang ada, jangan pernah lupa bahwa Kasih Bapa itu cukuplah bagi kita. Kasih Bapa yang tidak pernah meninggalkan kita. Kasih Bapa yang setia bersama kita. Kasih Bapa yang menjadi penghiburan buat kita. Kasih Bapa yang tidak berakhir. Bukankah itu cukup bagi kita untuk menghadapi apapun yang terjadi dalam hidup ini ? 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar