All for Jesus Christ

All for Jesus Christ

Minggu, 22 Desember 2013

Semangkuk Bakmi

Mendung tampak di langit senja. Seakan pertanda hujan segera tiba. Saat itu, Anne bertengkar hebat dengan ibunya. Penuh amarah yang membuncah, akhirnya Anne meninggalkan rumah tanpa membawa apapun. Dalam perjalanannya, ia baru menyadari sama sekali tdk membawa uang. 

Saat menyusuri sebuah jalan, ia melewati sebuah kedai dan mencium harumnya aroma masakan sang pedagang bakmi. Ia ingin sekali memesan semangkuk, tetapi tak sepeser uang pun di kantongnya.

Pemilik kedai melihat Anne berdiri cukup lama di depan kedainya, lalu berkata "Nona, apakah engkau ingin memesan semangkuk bakmi?" 

"Ya, tetapi, aku tidak membawa uang," jawab Anne dengan malu-malu

"Tidak apa-apa, aku akan mentraktirmu" jawab si pemilik kedai. "Silahkan duduk, aku akan memasakkan bakmi untukmu".


Tidak lama kemudian, pemilik kedai itu mengantarkan semangkuk bakmi. Anne segera makan beberapa suap, kemudian air matanya mulai berlinang.. 

"Ada apa nona?" tanya si pemilik kedai.

"Tidak apa-apa. Aku hanya terharu," jawab Anne sambil mengeringkan air matanya.

"Bahkan, seorang yang baru kukenal pun memberi aku semangkuk bakmi. Tetapi ibuku sendiri, setelah bertengkar denganku, mengusirku dari rumah dan mengatakan kepadaku agar jangan kembali lagi ke rumah," ucapan Anne disertai sedu-sedan sambil meneruskan curahan hatinya, "Kau, seorang yang baru kukenal, tetapi begitu peduli denganku dibandingkan dengan ibu kandungku sendiri." 

Pemilik kedai setelah mendengar perkataan Anne menarik nafas panjang...
"Nona mengapa kau berpikir seperti itu? Renungkanlah hal ini... Aku hanya memberimu semangkuk bakmi dan kau begitu terharu. Ibumu telah memasak bakmi dan nasi untukmu saat kau kecil sampai saat ini, mengapa kau tidak berterima kasih kepadanya? Dan, kau malah bertengkar dengannya."

Anne terhenyak mendengar hal tersebut. "Mengapa aku tdk berpikir tentang itu? Untuk semangkuk bakmi dari orang yang baru kukenal, aku begitu berterima kasih, tetapi kepada ibuku yg memasak untukku selama bertahun-tahun, aku bahkan tidak memperlihatkan kepedulianku kepadanya. Dan, hanya karena persoalan sepele, aku bertengkar dengannya. 

Anne segera menghabiskan bakminya, lalu ia menguatkan dirinya untuk segera pulang ke rumahnya. Saat berjalan ke rumah, ia memikirkan kata-kata yg harus diucapkan kepada ibunya. 

Begitu sampai di ambang pintu rumah, ia melihat ibunya dengan wajah letih dan cemas. Ketika bertemu dengan Anne, kalimat pertama yang keluar dari mulutnya adalah "Anne, kau sudah pulang, cepat masuklah, aku telah menyiapkan makan malam dan makanlah dahulu sebelum kau tidur. Makanan akan menjadi dingin jika kau tidak memakannya sekarang". 

Pada saat itu Anne tidak dapat menahan tangisnya. Ia langsung bersimpuh penuh air mata di hadapan ibunya.

Sekali waktu, kita mungkin akan sangat berterima kasih kepada orang lain di sekitar kita untuk suatu pertolongan kecil yang diberikan kepada kita. Tetapi kepada orang yang sangat dekat (keluarga) khususnya orang tua, adakah kita senantiasa berterimakasih dan mengingat segala kebaikan mereka lebih dari segala kekurangan mereka ? Benar bahwa tidak ada orang tua yang sempurna. Tetapi kasih orang tua yang telah kita peroleh sejak kita lahir itu adalah sebuah anugerah Tuhan yang patut kita syukuri senantiasa. 

Sabtu, 14 September 2013

Ayah, Anak dan Keledai

Ada seorang ayah dan anaknya yang sedang berjalan menarik keledai milik mereka. Mereka berniat untuk menjual keledai ini di kota. Saat awal perjalanan dari rumah menuju kota, sang ayah dan anak berjalan kaki sambil menuntun keledainya. Sampai tak berapa lama, ada orang yang berkata kepada ayah dan anak ini, “Kalian bodoh sekali, kalian berdua menuntun keledai yang seharusnya bisa mengangkut salah satu dari kalian!”

Mendengar orang berkata seperti itu, sang ayah menyuruh sang anak duduk di atas keledai tersebut. Kemudian mereka melanjutkan perjalanan. Tak lama mereka berjalan, mereka berpapasan dengan satu orang lagi. Orang tersebut tiba-tiba berkata, “Dasar anak tidak berbakti! Orangtua yang sudah tua disuruh berjalan kaki, sementara dia sendiri malah enak-enakan duduk santai di atas keledai!”

Mendengar komentar seperti itu, sang ayah dan anak pun segera berganti posisi. Sekarang sang ayah yang duduk di atas keledai dan sang anak yang berjalan kaki menuntun keledai. Tak berapa lama kemudian, kembali mereka berpapasan dengan orang lain di jalan. Orang tersebut berkomentar, “Dasar orangtua tidak sayang anak! Anak sudah terlihat kelelahan berjalan, bukannya disuruh duduk di atas keledai malah dirinya sendiri yang enak-enakan duduk di atas keledai!”


Segera setelah mendengar komentar tersebut, sang ayah menyuruh anaknya ikut naik menunggang keledai. Sehingga sekarang sang ayah dan anak tersebut sama-sama duduk menunggangi keledai. Kembali setelah tak lama berjalan, terdengar komentar dari orang lain, “Kalian lihat keledai yang malang tersebut. Bagaimana kalian bisa membiarkan keledai tersebut mengangkut kalian berdua. Kalian berdua mungkin lebih mudah mengangkat keledai ini daripada keledai ini mengangkut kalian berdua!”

Akhirnya sang ayah memutuskan untuk mengikat kaki keledai mereka di sebuah tongkat panjang, kemudian sang ayah dan anak memanggul keledai tersebut di pundak mereka. Semakin dekat mereka berjalan menuju kota, semakin banyak orang yang merasa aneh melihat pemandangan seekor keledai dipanggul oleh ayah dan anak ini. Banyak orang mulai penasaran dan mulai berbondong-bondong datang berdiri melihat dari dekat ayah dan anak ini. Karena banyak orang di sekeliling, keledai menjadi takut dan mulai meronta-ronta. Saat mereka melewati jembatan, keledai ini meronta dengan sangat hebat dan akhirnya terlepas dari ikatannya, lalu terjatuh ke sungai dan mati tenggelam.

Pesan moral :

1. Kita tidak dapat mengontrol apa yang dipikirkan orang lain. Juga tidak dapat mengontrol apa yang dikatakan orang lain. Namun kita bisa mengatur sikap kita sendiri. Tidak semua yang dikatakan orang itu 100% benar. Karena manusia hanya bisa melihat sisi luar tanpa bisa melihat sampai ke dalam hati. Hanya Tuhanlah yang sanggup melihat sampai kedalaman hati. Karena itu, dengarkanlah kata hati nuranimu sendiri. Jika yang dikatakan orang lain itu benar, perbaikilah. Tetapi jika apa yang dikatakan orang lain itu tidak benar, maka tidak perlu dirisaukan. Apalagi jika yang berbicara bukan orang yang mengenal kita secara pribadi. Bukankah lebih penting bagaimana Tuhan memandang kita daripada penilaian manusia terhadap kita ? Bukankah Tuhan jauh lebih mengenal kita dari siapapun juga ?

2. Kita tidak mungkin bisa menyenangkan semua orang karena begitu banyaknya perbedaan di antara satu pribadi dan pribadi lainnya. Bagi seseorang mungkin senang, tapi bagi yang lainnya mungkin merasa tidak suka. Jika kita berusaha untuk menyenangkan semua orang, maka itu merupakan awal kegagalan kita. Karena tujuan hidup kita bukan untuk menyenangkan semua orang tetapi untuk menyenangkan sang Pencipta. Ketika Tuhan Yesus melayani di dunia, tidak semua orang menyukaiNya. Ada yang menuduh dia mengusir setan dengan kuasa roh jahat. Ada yang suka memberiiNya pertanyaan untuk menjatuhkanNya. Ada juga yang suka memperhatikan kegiatanNya bersama murid-murid, untuk mencari-cari, siapa tahu saja bisa mempersalahkan Dia di hadapan umat Israel. Namun Tuhan Yesus tidak dipengaruhi dengan perasaan orang-orang yang tidak menyukaiNya. Ia tetap menjalankan perintah Bapa di Surga dan tetap taat hingga mati di atas kayu salib. Siapakah kita ini ? Kalau Guru kita pernah ditolak, dihina, dicela, kita pun pasti akan mengalaminya. Itu bukan hal yang menyedihkan. Justru itulah hal yang menggembirakan karena kita mendapat kesempatan untuk mengambil bagian dari penderitaan yang tidak seharusnya kita tanggung, yakni penderitaan yang bukan karena kesalahan kita. Dan Tuhan selalu menyediakan reward bagi kita saat kita telah melewati satu persatu hal yang seperti itu dengan reaksi yang positif.

3. Pepatah berkata, sejahat-jahatnya seseorang, selalu masih ada orang yang membela. Sebaliknya, sebaik-baiknya seseorang tetap ada orang yang tidak menyukainya. Itulah kenyataan hidup ini. Tanggapan-tanggapan negatif dari orang-orang terhadap apa yang kita lakukan sesungguhnya merupakan kesempatan bagi kita untuk belajar berbesar hati dan berlapang dada untuk memaafkan. Tanpa hal-hal seperti itu, kita tidak bisa belajar menjadi dewasa. Dan jika hanya karena perkataan manusia, kita kemudian mundur dari Tuhan, bagaimana kita bisa bertumbuh ? Justru sebaliknya kita harus maju dengan sikap yang positif dan tetap konsisten sampai akhirnya semua yang negatif itu lenyap terdorong arus positif.

4. Kerugian dialami sang ayah dan anak karena keledainya mati tenggelam. Dan kerugian akan kita alami pula jika kita terlalu merisaukan perkataan orang. Ingatlah bahwa apapun yang kita perbuat, orang-orang tetap akan membicarakannya secara positif maupun negatif. Jika kita terus memusingkan tanggapan orang, kita tidak akan pernah bisa mengerjakan sesuatu dan menghasilkan sesuatu. Bahkan kita akan kehilangan kesempatan yang berharga, kehilangan waktu, dll.

Keep Smile. 

Tetap Semangat.

Tuhan memberkati kita semua.

Sabtu, 07 September 2013

Yesus Hanya Sejauh Doa

Tuhan Yesus hanya sejauh doa...
Datanglah kepadaNya dalam doamu...
Curahkanlah isi hatimu kepadaNya...
Serahkan semua bebanmu kepadaNya...
Dan percayalah bahwa Tuhan pasti memulihkan hidupmu...



Dia yang menyeka air matamu...
Dan menggantikannya dengan nyanyian syukur...
Sungguh engkau berharga di mataNya...
Dan Dia mengasihimu apa adanya...

Saat-saat tersulit dalam hidupmu...
Sesungguhnya merupakan saat-saat terindah bersama Tuhan... 
jika engkau mau tetap berjalan bersamaNya...
Ya, hanya bersamaNya...
Sekalipun dalam lembah airmata...
Sekalipun dalam kesunyian tak bertepi...
Dia selalu ada untukmu...
Menggendongmu...
Menerobos badai kehidupan...
Mendaki gunung harapan...

Tak pernah sedetikpun...
Tuhan meninggalkan setiap kita...
Dia selalu Setia...

By : Someone

Kisah Duka sang Dokter

Seorang dokter sedang bergegas masuk ke dalam ruang operasi.


Ayah dari anak yg akan dioperasi menghampirinya, "Kenapa lama sekali anda sampai ke sini? Apa anda tidak tau, nyawa anak saya terancam jika tidak segera di operasi?" labrak si ayah.

Dokter itu tersenyum, "Maaf, saya sedang tidak di Rumah Sakit tadi, tapi saya secepatnya ke sini setelah ditelepon pihak Rumah Sakit..." Kemudian ia menuju ruang operasi.

Setelah beberapa jam, ia keluar dengan senyuman di wajahnya: "Syukurlah,  keadaan anak anda kini stabil..."

Tanpa menunggu jawaban sang ayah, dokter tersebut berkata: "Suster akan membantu anda jika ada yang ingin anda tanyakan.." Dokter tersebut berlalu.

"Kenapa dokter itu sombong sekali? Dia kan sepatutnya memberikan penjelasan mengenai keadaan anak saya!" sang ayah berkata pada suster.

Sambil meneteskan airmata, suster menjawab : "Anak dokter tersebut meninggal dalam kecelakaan kemarin sore. Dan ia sedang menguburkan anaknya saat kami meneleponnya untuk melakukan operasi pada anak anda. Sekarang anak anda telah selamat. Namun ia harus kembali ke rumahnya segera pada istrinya....".

Kisah ini disadur dari kisah di Jerman.

Saudaraku,
Jangan pernah terburu-buru dalam menilai seseorang...
Karena setiap orang punya cerita kehidupan yang tak terbayangkan...
Dibalik senyuman mungkin saja ada cerita duka...
Kita tidak tahu seperti apa masalah setiap orang karena tidak setiap orang menanggapi masalahnya dengan mengeluh atau mengungkapkan masalah-masalah hidupnya dengan kata-kata...
Mungkin segelintir orang hanya menaruh masalah mereka di bawah kaki Tuhan...
Mungkin mereka hanya membawa masalah mereka dalam doa di balik kamar yang terkunci rapat dan jauh dari jangkauan dunia...
Karena itu, tidak semua orang yang tampak gembira tidak memiliki masalah yang berat.
Tetapi mungkin saja mereka adalah orang-orang yang berserah kepada Tuhan sehingga mereka dapat tetap tersenyum dan bersukacita meskipun dalam kesulitan dan duka...

Hari ini kita belajar untuk bersyukur karena selalu masih ada orang yang jauh lebih menderita dari pada kita jika saja kita tahu kisah yang sebenarnya... Seperti Bapak yang anaknya sakit itu, seharusnya bersyukur karena nyawa anaknya masih bisa tertolong sementara dokter itu telah kehilangan anaknya untuk selama-lamanya...

Kamis, 22 Agustus 2013

Sebungkus Biskuit

Kisah ini sangat menggelitik, namun mengingatkan kita bahwa kita perlu lebih teliti dalam melihat suatu masalah agar kita tidak sekedar berasumsi apalagi sampai menuduh orang lain tanpa bukti yang nyata.

Di ruang tunggu sebuah bandara, seorang wanita terlihat tengah menunggu pesawat yang akan menerbangkan dirinya. Karena harus menunggu cukup lama, ia memutuskan untuk membeli buku untuk dibaca. Ia juga membeli sebungkus biskuit, sekadar untuk camilan dirinya di saat menunggu pesawat.

Ia kemudian duduk di salah satu kursi di ruang tunggu dan mulai membuka dan membaca buku yang dipegangnya. Di kursi sebelah, yang hanya dipisahkan oleh sebuah meja kecil yang di atasnya tersaji sebungkus biskuit, duduklah seorang pria. Pria tsb terlihat mulai membaca majalah.



Ketika wanita itu mengambil sepotong biskuit dari bungkusan yang terletak di atas meja, pria tsb mengambil sepotong juga. Wanita itu merasa terganggu dengan perbuatan pria tsb, namun ia diam saja. Dalam hati, ia hanya menduga bahwa ini hanya ulah pria iseng. Namun, kejadian ini terulang kembali. Setiap wanita itu mengambil biskuit, si pria ikut mengambil dan mencicipi biskuit tersebut. Wajah si pria tampak tenang, tanpa merasa bersalah. Sebaliknya, wanita muda itu kian jengkel dengan sikap pria tersebut. Dalam hati ia berkata, "Pria ini benar-benar tidak tahu malu. Dasar, tidak tahu diri. Huh... Ingin rasanya kutampar saja mukanya."

Beberapa saat kemudian, hanya tersisa 1 keping biskuit di dalam bungkusan. Dengan senyum mengembang, pria itu menawarkan biskuit terakhir kepada wanita itu. Dengan wajah jengkel, wanita itu menolak. Seketika kepingan biskuit terakhir itu pun masuk ke dalam mulut pria misterius itu. 

"Benar-benar keterlaluan .....!" pikir wanita itu dengan kekesalan yang memuncak. Ia segera mengemasi barang-barangnya karena jadwal keberangkatan telah tiba. Wanita tersebut bergegas menuju ke pesawat. 

Saat berada di tempat duduk, ia membuka tasnya, mengambil handphone untuk menonaktifkannya. Namun, alangkah terkejutnya ia saat melihat di dalam tasnya ada sebungkus biskuit yang masih utuh belum tersentuh. Pikirannya pun melayang mengingat kejadian barusan. Ternyata biskuit yang ia makan saat di bandara bukan miliknya, tetapi milik pria tersebut! Betapa malunya ia mengenang kejadian tersebut. 
Ia kini menyesal dan benar-benar merasa malu! Ia merasa bersalah.
Ia mengira bahwa biskuit yang dimakan tadi adalah miliknya
.... ternyata bukan!

Pria tadi membagi biskuit antara dirinya dan wanita itu tanpa merasa marah, tenganggu atau pun merasa rugi. Sementara wanita itu merasakan sebaliknya. Ia merasa bahwa biskuit tsb adalah miliknya yang telah diserobot oleh pria tsb, dan menyangka betapa si pria tsb telah berbuat kurang ajar dan tidak tahu diri.

Saudaraku, 
dengan jari telunjuk, kita sering menunjuk orang lain. Namun tanpa disadari, 3 jari lainnya mengarah kepada diri kita sendiri. Gadis dalam kisah ini menganggap pria itu tidak tahu diri. Tetapi kenyataannya, dialah sebenarnya orang yang tidak tahu diri itu.

Karena itu, pesan moral dari kisah ini, janganlah terlalu cepat menjatuhkan penilaian negatif kepada orang lain atas apa yang kita lihat dan apa dia lakukan. Sebab penilaian kita seringkali sangatlah subjektif dan terkadang hanya berdasarkan sudut pandang yang sempit. Dan janganlah sampai kita mencela orang lain apalagi jika semua itu hanya berdasarkan pikiran kita yang sempit.