All for Jesus Christ

All for Jesus Christ

Sabtu, 14 September 2013

Ayah, Anak dan Keledai

Ada seorang ayah dan anaknya yang sedang berjalan menarik keledai milik mereka. Mereka berniat untuk menjual keledai ini di kota. Saat awal perjalanan dari rumah menuju kota, sang ayah dan anak berjalan kaki sambil menuntun keledainya. Sampai tak berapa lama, ada orang yang berkata kepada ayah dan anak ini, “Kalian bodoh sekali, kalian berdua menuntun keledai yang seharusnya bisa mengangkut salah satu dari kalian!”

Mendengar orang berkata seperti itu, sang ayah menyuruh sang anak duduk di atas keledai tersebut. Kemudian mereka melanjutkan perjalanan. Tak lama mereka berjalan, mereka berpapasan dengan satu orang lagi. Orang tersebut tiba-tiba berkata, “Dasar anak tidak berbakti! Orangtua yang sudah tua disuruh berjalan kaki, sementara dia sendiri malah enak-enakan duduk santai di atas keledai!”

Mendengar komentar seperti itu, sang ayah dan anak pun segera berganti posisi. Sekarang sang ayah yang duduk di atas keledai dan sang anak yang berjalan kaki menuntun keledai. Tak berapa lama kemudian, kembali mereka berpapasan dengan orang lain di jalan. Orang tersebut berkomentar, “Dasar orangtua tidak sayang anak! Anak sudah terlihat kelelahan berjalan, bukannya disuruh duduk di atas keledai malah dirinya sendiri yang enak-enakan duduk di atas keledai!”


Segera setelah mendengar komentar tersebut, sang ayah menyuruh anaknya ikut naik menunggang keledai. Sehingga sekarang sang ayah dan anak tersebut sama-sama duduk menunggangi keledai. Kembali setelah tak lama berjalan, terdengar komentar dari orang lain, “Kalian lihat keledai yang malang tersebut. Bagaimana kalian bisa membiarkan keledai tersebut mengangkut kalian berdua. Kalian berdua mungkin lebih mudah mengangkat keledai ini daripada keledai ini mengangkut kalian berdua!”

Akhirnya sang ayah memutuskan untuk mengikat kaki keledai mereka di sebuah tongkat panjang, kemudian sang ayah dan anak memanggul keledai tersebut di pundak mereka. Semakin dekat mereka berjalan menuju kota, semakin banyak orang yang merasa aneh melihat pemandangan seekor keledai dipanggul oleh ayah dan anak ini. Banyak orang mulai penasaran dan mulai berbondong-bondong datang berdiri melihat dari dekat ayah dan anak ini. Karena banyak orang di sekeliling, keledai menjadi takut dan mulai meronta-ronta. Saat mereka melewati jembatan, keledai ini meronta dengan sangat hebat dan akhirnya terlepas dari ikatannya, lalu terjatuh ke sungai dan mati tenggelam.

Pesan moral :

1. Kita tidak dapat mengontrol apa yang dipikirkan orang lain. Juga tidak dapat mengontrol apa yang dikatakan orang lain. Namun kita bisa mengatur sikap kita sendiri. Tidak semua yang dikatakan orang itu 100% benar. Karena manusia hanya bisa melihat sisi luar tanpa bisa melihat sampai ke dalam hati. Hanya Tuhanlah yang sanggup melihat sampai kedalaman hati. Karena itu, dengarkanlah kata hati nuranimu sendiri. Jika yang dikatakan orang lain itu benar, perbaikilah. Tetapi jika apa yang dikatakan orang lain itu tidak benar, maka tidak perlu dirisaukan. Apalagi jika yang berbicara bukan orang yang mengenal kita secara pribadi. Bukankah lebih penting bagaimana Tuhan memandang kita daripada penilaian manusia terhadap kita ? Bukankah Tuhan jauh lebih mengenal kita dari siapapun juga ?

2. Kita tidak mungkin bisa menyenangkan semua orang karena begitu banyaknya perbedaan di antara satu pribadi dan pribadi lainnya. Bagi seseorang mungkin senang, tapi bagi yang lainnya mungkin merasa tidak suka. Jika kita berusaha untuk menyenangkan semua orang, maka itu merupakan awal kegagalan kita. Karena tujuan hidup kita bukan untuk menyenangkan semua orang tetapi untuk menyenangkan sang Pencipta. Ketika Tuhan Yesus melayani di dunia, tidak semua orang menyukaiNya. Ada yang menuduh dia mengusir setan dengan kuasa roh jahat. Ada yang suka memberiiNya pertanyaan untuk menjatuhkanNya. Ada juga yang suka memperhatikan kegiatanNya bersama murid-murid, untuk mencari-cari, siapa tahu saja bisa mempersalahkan Dia di hadapan umat Israel. Namun Tuhan Yesus tidak dipengaruhi dengan perasaan orang-orang yang tidak menyukaiNya. Ia tetap menjalankan perintah Bapa di Surga dan tetap taat hingga mati di atas kayu salib. Siapakah kita ini ? Kalau Guru kita pernah ditolak, dihina, dicela, kita pun pasti akan mengalaminya. Itu bukan hal yang menyedihkan. Justru itulah hal yang menggembirakan karena kita mendapat kesempatan untuk mengambil bagian dari penderitaan yang tidak seharusnya kita tanggung, yakni penderitaan yang bukan karena kesalahan kita. Dan Tuhan selalu menyediakan reward bagi kita saat kita telah melewati satu persatu hal yang seperti itu dengan reaksi yang positif.

3. Pepatah berkata, sejahat-jahatnya seseorang, selalu masih ada orang yang membela. Sebaliknya, sebaik-baiknya seseorang tetap ada orang yang tidak menyukainya. Itulah kenyataan hidup ini. Tanggapan-tanggapan negatif dari orang-orang terhadap apa yang kita lakukan sesungguhnya merupakan kesempatan bagi kita untuk belajar berbesar hati dan berlapang dada untuk memaafkan. Tanpa hal-hal seperti itu, kita tidak bisa belajar menjadi dewasa. Dan jika hanya karena perkataan manusia, kita kemudian mundur dari Tuhan, bagaimana kita bisa bertumbuh ? Justru sebaliknya kita harus maju dengan sikap yang positif dan tetap konsisten sampai akhirnya semua yang negatif itu lenyap terdorong arus positif.

4. Kerugian dialami sang ayah dan anak karena keledainya mati tenggelam. Dan kerugian akan kita alami pula jika kita terlalu merisaukan perkataan orang. Ingatlah bahwa apapun yang kita perbuat, orang-orang tetap akan membicarakannya secara positif maupun negatif. Jika kita terus memusingkan tanggapan orang, kita tidak akan pernah bisa mengerjakan sesuatu dan menghasilkan sesuatu. Bahkan kita akan kehilangan kesempatan yang berharga, kehilangan waktu, dll.

Keep Smile. 

Tetap Semangat.

Tuhan memberkati kita semua.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar