All for Jesus Christ

All for Jesus Christ

Kamis, 15 Maret 2012

HIKMAT



Bacaan : I Raja-Raja 3:16-22 

Dari kisah dalam bacaan di atas, tampaknya kedua ibu yang memperebutkan bayi itu sama-sama benar. Tapi kenyataannya, salah seorang dari mereka telah berdusta. Untuk mengungkapkannya, diperlukan suatu ujian. Dan alat untuk menguji kebenaran itu adalah pedang. 

Pedang adalah lambang Firman Allah. Pedang ini akan dipakai untuk membelah dua bayi itu. Hal ini berbicara tentang pemisahan antara yang benar dan yang tidak benar. Demikianlah Raja Salomo mengadili dengan hikmat Allah. Ia tidak bersandar pada cerita belaka yang bisa mengakibatkan ia berpihak kepada salah seorang ibu. 

Lalu bagaimanakah ia bisa tahu bahwa ibu yang asli adalah ibu yang merelakan bayi itu diambil seterunya agar tidak dibelah dua ? Jawabannya adalah dengan melihat kasih (buah roh) pada ibu itu. Sekalipun ibu itu mengalah dan merelakan anaknya diambil oleh seterunya, tidak akan mengubah kenyataan bahwa dialah ibu yang sesungguhnya. Ia mengalah bukan karena ia bersalah tetapi karena ia mengasihi anaknya dan tak ingin anaknya dibelah dua. Kasih inilah yang membuktikan bahwa ia adalah ibu yang asli. Sedangkan ibu yang lain tidak mau mengalah bahkan setuju agar anak itu dibelah dua dengan tujuan agar ibu yang asli mengalah dan mau memberikan anak itu kepadanya. Namun pada akhirnya, ibu yang asli pun menerima anaknya kembali.

Dalam kehidupan kita, terkadang kita harus mengalah. Tapi mengalah itu bukan berarti kalah atau bersalah. Ketika Yesus didera dan difitnah, Ia tidak berusaha mencari pembelaan atas dirinya. Itu sebabnya Ia dilambangkan dengan seekor domba yang kelu yang dibawa ke pembantaian. Yesus menjalani semua penderitaan karena Ia mengasihi kita. Tetapi orang-orang yang menghukum Dia tidak mengerti. Mereka menganggap bahwa Yesus memang bersalah dan pantas dihukum apalagi melihat Yesus tidak melakukan perlawanan apa-apa. Padahal sesungguhnya Ia tidak bersalah.

Sebagai muridNya, kita perlu meneladani Kristus. Ada saat-saat di mana kita tidak dapat membela diri kita sendiri karena mungkin tidak seorang pun yang akan mempercayai perkataan kita. Namun walau tidak seorang pun yang bangkit membela kita, selama kita benar di hadapan Tuhan, maka Tuhan adalah pembela bagi kita dan akan memunculkan kebenaran kita seperti terang. (Mazmur 37:6). 

Hikmat Allah atau hikmat dari atas (sorga) sangat berbeda dengan hikmat dunia. 

Bagaimana ciri-ciri hikmat yang dari atas itu ? Yakobus 3:17
"Tetapi hikmat yang dari atas adalah pertama-tama murni, selanjutnya pendamai, peramah, penurut, penuh belas kasihan dan buah-buah yang baik, tidak memihak dan tidak munafik."

Apakah faedah dari perolehan hikmat ?
  1. Agar kita mengerti tentang kebenaran, keadilan dan kejujuran, bahkan setiap jalan yang baik (Amsal 2:9)
  2. Supaya kita terlepas dari jalan yang jahat dari orang yang mengucapkan tipu muslihat (Amsal 2:12-15)
  3. Untuk mengetahui kehendak Tuhan dengan sempurna (Kolose 1:9b-10)
Berkat apa yang kita peroleh dari hikmat ?
Kebahagiaan, umur panjang, kekayaan dan kehormatan (Amsal 3:13-16). 

Sudah terbukti dalam I Raja-Raja 3:13-14 bahwa Tuhan menambahkan semuanya itu kepada 
Salomo sekalipun ia tidak memintanya.

Lalu bagaimana memperoleh hikmat ?
  1. Mintalah dari Tuhan (Yakobus 1:5) seperti yang dilakukan Salomo dalam doanya, karena Tuhan adalah Sumber Hikmat (Amsal 2:6) 
  2. Melalui belajar Kitab suci (2 Timotius 3:15)
  3. Hidup takut akan Tuhan (Amsal 9:10a). 
Maksud dari hidup takut akan Tuhan dalam Amsal 8:13 adalah membenci :
- kejahatan
- kesombongan, kecongkakan
- tingkah laku yang jahat
- mulut penuh tipu muslihat

Tetapi berkat kepandaian, kekayaan, dan kehormatan sering kali menjerumuskan manusia kepada kesombongan dan hal yang tidak benar. Bacaan I Raja-Raja 11:1-13 memaparkan Salomo kemudian jatuh dalam dosa penyembahan berhala. Hatinya mulai menyimpang dari Tuhan karena berpaut pada istri-istrinya (700 org) dan gundik-gundiknya (300 org) padahal kebanyakan dari mereka adalah penyembah berhala. Itulah sebabnya pada akhirnya Salomo menuliskan dalam kitab pengkhotbah bahwa segala sesuatu adalah sia-sia. Ya, segala sesuatu bisa menjadi sia-sia jika kita beranjak keluar dari kebenaran.

Karena itu, jadilah orang-orang bijaksana dan berhikmat yang tetap mengandalkan Tuhan dan memiliki kerendahan hati.

Source : Someone.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar